Teh merupakan salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Teh berperan sebagai penghasil devisa ekspor sebesar 108,5 juta USD di tahun 2018 atau setara 1,5% dari PDB sektor pertanian. Kabupaten Garut salah satu sentra produksi teh Indonesia memanfaatkan teh untuk industri pabrik Teh Kejek. Upaya dalam mengelola agroekosistem teh supaya produktif adalah dengan mempelajari struktur agroekosistem misalnya keberadaan serangga dan arthropoda lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks keanekaragaman dan dominansi serangga dan arthropoda lainnya serta peranannya di perkebunan teh. Penelitian dilaksanakan di Desa Sukahurip, Cigedug, Garut pada bulan Desember 2021 – Januari 2022. Penelitian menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan mengaplikasikan perangkap; 24 yellow bottle sticky trap dan 18 pitfall trap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman serangga dan arthropoda lainnya (yellow bottle sticky trap) adalah 0,348 kategori rendah dengan 9 ordo, sedangkan serangga tanah (pitfall trap) adalah 1,320 kategori sedang dengan 10 ordo. Dominansi serangga dan arthropoda lainnya (yellow bottle sticky trap) adalah 0,865 kategori tinggi dengan yang mendominansi serangga ordo Diptera, sedangkan (pitfall trap) adalah 0,371 kategori rendah dengan yang mendominansi arthropoda ordo Collembola. Pada yellow bottle sticky trap lebih banyak memerangkap B. dorsalis yang bukan merupakan hama utama pada tanaman teh. Hal tersebut dikarenakan sistem tanam polikultur dengan tanaman inang B. dorsalis dan yellow bottle sticky trap kurang efektif memerangkap serangga dan arthropoda lainnya pada tanaman teh. Peranan serangga dan arthropoda lainnya dalam agroekosistem teh yakni sebagai herbivora (hama), karnivora (predator dan parasitoid), detritivor (pengurai), dan polinator (penyerbuk). Agroekosistem teh Desa Sukahurip, Cigedug, Garut dengan teknik yellow bottle sticky trap didominansi oleh spesies serangga lalat buah (Bactrocera dorsalis) berperan sebagai herbivora (hama), sedangkan dengan teknik pitfall trap adalah ekor pegas (Isotomurus balteatus) berperan sebagai detritivor (pengurai).