ABSTRAKPerluasan kewenangan sebuah institusi perguruan tinggi perlu disiapkan dengan mengidentifikasi agenda yang diperlukan di masa depan. Betapa sebuah institut yang sebelumnya berbentuk sekolah tinggi, jika tidak disiapkan secara komperehensif pada skala tertentu mengalami kegagapan untuk merespon situasi dan kecenderungan terkini. Untuk itu, artikel ini akan menganalisis keperluan merumuskan agenda dan juga mengidentifikasi pola kelembagaan perguruan tinggi. Kata Kunci: perguruan tinggi, pendidikan Islam, tipologi pendidikan Pendahuluan Perguruan tinggi Islam disebut kewujudan hegemoni Barat & Kristen (Husaini, 2006). Pandangan ini tidak melihat sepenuhnya keberadaan perguruan tinggi Islam yang tidak saja hanya menggunakan pandangan keilmuan Eropa dan Amerika, namun juga mengadopsi tradisi keilmuan dari wilayah lain seperti Afrika Utara dengan membentuk Fakultas Dirasat Islamiyah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Aplikasi kaidah ilmiah bukan bersandar pada faham keagamaan tetapi penggunaan metode yang dapat diterima sesuai standar keilmuan yang tidak bertumpu pada aspek normatif. Kepemimpinan Harun Nasution di IAIN Jakarta dengan menenalkan pendidikan non-madzhab melalui pembaruan kurikulum. Juga Mukti Ali di IAIN Yogyakarta pada tahun 1960 memperkenalkan kajian perbandingan agama (Nasution, 1995a). Nasution (1995b) menegaskan perlunya penguatan keislaman pada perguruan tinggi, namun wawasan keislaman itu bukan hanya bertumpu pada doktrin semata melainkan juga menyandingkan dengan metode rasionalitas yang empirik. Pendidikan tinggi Islam awalnya dijadikan sebagai sarana dakwah. Seiring dengan perjumpaan dengan tradisi akademik secara global. Akhirnya fungsi dakwah melebur dalam tradisi akademik yang diwarnai dari pengalaman perguruan tinggi terkemuka seperti McGill dan Leiden. Pembentukan empat belas IAIN sesungguhnya bentuk reformasi pendidikan Islam yang sebelumnya hanya dalam bentuk madrasah (Nakamura & Nishino, 1993). Tidak saja dalam peran dakwah tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat. IAIN beserta alumninya terjun dalam peran-peran kemasyarakatan. Tidak saja itu, alumni perguruan tinggi Islam kemudian bisa * Artikel disiapkan dalam rangka menyongsong Alih Status STAIN Sorong ke IAIN Sorong. Sebagai bahan diskusi dalam rangka Rapat Koordinasi Alih Status STAIN Sorong ke IAIN Sorong, Jakarta, 15 Mei 2019. memperhatikan rangkaian proses transformasi tiga perguruan keagamaan Islam yaitu UIN Sunan Kalijaga, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Ketiga perguruan tinggi dalam proses transformasi menyiapkan diri menjadi pusat kecemerlangan sehingga dalam perjalanan waktu dapat memainkan peran sesuai dengan keperluan terkini dan masa sekarang, bukannya memenuhi keperluan masa lalu. Daftar Pustaka Abdullah, M. A. (2006). Islamic studies di perguruan tinggi: pendekatan integratif-interkonektif. . Universitas islam: integrasi dan interkoneksitas sains dan ilmu agama menuju peradaban islam universal. Jurnal Tsaqafah, Jurnal Peradaban Islam, 3. Azra, A. (2012)...