KEBIASAAN MAKAN DAN FREKUENSI KEMUNCULAN HIU PAUS (Rhincodon typus) DI PERAIRAN KWATISORE DALAM HAK ULAYAT LAUT KAMPUNG AKUDIOMI DI TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH

Abstract

Hiu paus (Rhincodon typus) adalah ikan terbesar di dunia yang sangat berpotensi dalam bidang wisata, namun potensi ancamannya juga tinggi jika tidak dikelola dengan baik. Perairan Kwatisore merupakan salah satu habitat hiu paus di Indonesia yang terlihat sering muncul. Hal tersebut menjadi fenomena yang unik karena hiu paus muncul setiap hari dan sepanjang tahun, sehingga berpeluang untuk pengembangan wisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik pola makan hiu paus dan agregasinya, terutama total jumlah kemunculan dan jumlah individu di perairan Kwatisore. Pengambilan data dalam penelitian ini berupa data primer dan dilakukan dari bulan Juli sampai September 2020. Metode pengambilan data dilakukan sekali setiap bulan (time series) melalui koleksi untuk mengkaji pola makan antar individu hiu paus dengan pengamatan secara langsung ketika hiu paus naik ke permukaan perairan dan berada di dalam bagan yang berjumlah 5 unit alat tangkap bagan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi 275 kemunculan hiu paus, yang terdiri dari 18 individu. Jumlah kemunculan dan jumlah individu hiu paus sangat tergantung pada hasil tangkapan ikan teri oleh setiap unit alat tangkap bagan. Kemunculan hiu paus berada dalam petuanan hak ulayat laut Kampung Akudiomi. Kemunculan hiu paus dominan terjadi pada pagi hari dan persentase kemunculan 100% berjenis kelamin jantan dengan ukuran panjang total berkisar antara 3 hingga 7,5 m.

Illegal Trade in Protected Sharks: The Case of Artisanal Whale Shark Meat Fisheries in Java, Indonesia

“…The whale sharks that were documented to have been landed in Pangandaran Bay over the last two decades give important insight into both the whale sharks and the artisanal fishery communities. Contrary to Maruanaya [40], who reported that whale sharks were only present in Pangandaran in the months of August and September, the records suggest their year-round presence. The whale sharks that were landed in Pangandaran Bay were between 3.5 and 15 m in length, averaging 6.9 m, and the larger sample averaged 6.7 m. This is markedly larger than the mean of 4.3 ± 1.0 m (range 3-7 m) of live whale sharks in Indonesian waters, as reported by Himawan et al [41].…”

Seasonal Constellation of Juvenile Whale Sharks in Gorontalo Bay Coastal Park

“…In several countries with regular seasonal constellation patterns, whale shark ecotourism areas have developed and attracted many tourists, such as in Oslob, Philippines (Craven, 2012), Isla Holbox, Mexico (Ziegler et al, 2012) and Ningaloo Reef, Australia (Mau, 2008). In Indonesia, several locations have been developed into whale shark tourism destinations such as Kwatisore Waters, Cendrawasih Bay National Park, Papua (Maruanaya et al, 2022), Bentar Beach Waters, Probolinggo (Kapinangasih et al, 2022), Labuhan Jambu Waters in Saleh Bay, Sumbawa, West Nusa Tenggara and Botubarani Waters, Gorontalo (Djunaidi et al, 2020).…”