Strategi pemerintah Indonesia untuk menekan pertumbuhan penduduk dilakukan melalui program Keluarga Berencana. Remaja termasuk sasaran program KB diharapkan agar mampu memiliki perencanaan yang baik terkait penggunaan kontasepsi di masa depan sehingga semua remaja memiliki akses terhadap informasi, konseling dan ketentuan kontrasepsi, dan tidak terjadi penyalahgunaan alat kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan keinginan remaja menggunakan kontrasepsi di masa mendatang yang dilihat dari faktor internal (jenis kelamin, usia, kuintil kekayaan, tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan tingkat pengetahuan) dan faktor eksternal (akses media massa, diskusi kesehatan reproduksi, serta sumber informasi dan konseling kesehatan reproduksi). Penelitian ini merupakan penelitian non reaktif dengan desain cross sectional. Data pada penelitian ini didasarkan pada hasil SDKI 2017 dengan besar sampel sebanyak 19.912 responden. Penelitian ini menggunakan analisis univariat, bivariat dengan uji asosiasi dan multivariat dengan uji regresi logistik dengan nilai α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja pria yang berusia 15-19 tahun dengan kuintil kekayaan terbawah, tidak pernah sekolah, tidak mengakses televisi, tidak berdiskusi dengan teman, keluarga dan petugas kesehatan, serta remaja yang tidak mengetahui sumber informasi dan konseling kesehatan reproduksi merupakan determinan remaja yang tidak ingin menggunakan kontrasepsi di masa mendatang. Pemanfaatan media sosial (internet) untuk mendapatkan informasi terkait kesehatan reproduksi, peningkatan kualitas pelayanan konseling yang telah tersedia serta membangun komunikasi yang efektif antara orang tua dan remaja perlu dilakukan untuk meningkatkan keinginan menggunakan kontrasepsi pada remaja.