Kejadian Myalgia pada Lansia Pasien Rawat Jalan

Sumardiyono, Sumardiyono; Lowa, Novy Wahyunengsi; Azzam, Abdullah; Huda, Khairunnisa Nurul; Nurfauziah, Nadia

doi:10.30595/jrst.v1i2.1442

Cited by 3 publications

(3 citation statements)

References 0 publications

Supporting

Mentioning

Contrasting

Unclassified

Order By: Relevance

“…[15][16][17] Jenis pekerjaan dan status sosial ekonomi juga berhubungan dengan risiko terjadinya sindrom metabolik di mana pekerjaan menentukan aktivitas fisik dan kelas sosioekonomi berkaitan dengan pendidikan dan akses terhadap informasi. [18][19][20] Di daerah perkotaan di Indonesia, prevalensi sindrom metabolik mencapai 28,4%, 21 33 sedangkan mata pencaharian petani yang membutuhkan gerakan repetitif dan monoton serta beban kerja yang berat dapat menyebabkan gejala muskuloskeletal pada area tertentu seperti nyeri punggung dan ekstrimitas. 34,35 Jumlah penderita diabetes mellitus pada daerah perkotaan lebih tinggi dibanding di daerah pedesaan.…”

Section: Menurut the National Cholesterol Education Program Adult Treunclassified

Kadar glukosa darah dan tekanan darah pada penduduk pedesaan dan perkotaan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tasmini

Farmawati

Sunarti

et al. 2018

J Community Empowerment for Health

View full text Add to dashboard Cite

ABSTRAK Sebagian besar penduduk di daerah pedesaan bertaraf ekonomi menengah ke bawah, memiliki keterbatasan akses informasi, dan memiliki mata pencaharian berbeda dibanding penduduk kota. Bantar Kulon merupakan daerah pedesaan dan Kronggahan adalah daerah perkotaan di Yogyakarta. Mengingat terjadinya pergeseran pola penyakit dari penyakit menular ke penyakit tidak menular serta adanya pengaruh lingkungan dan gaya hidup terhadap terjadinya penyakit degeneratif, dilakukan pengkajian mengenai faktor risiko sindroma metabolik di dua daerah tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kadar glukosa darah puasa (GDP) dan tekanan darah (TD), serta keluhan/ penyakit utama pada penduduk di daerah pedesaan dan perkotaan. Sebanyak 71 orang dari Bantar Kulon dan 91 orang dari Kronggahan diperiksa kadar GDP menggunakan GCU Multi-Function Monitoring System (EasyTouch®). Tekanan darah diperiksa menggunakan sphygmomanometer raksa dan otomatis. Faktor risiko GDP dan TD kedua lokasi ditampilkan dalam bentuk deskriptif berdasarkan cut-off (GDP: ≥100mg/dL; TD: ≥140/90 mmHg). Uji t atau Mann Whitney U dilakukan untuk mengetahui perbedaaan nilai variabel antar kedua lokasi. Hasil dinyatakan berbeda bermakna jika p<0,05. Data keluhan kesehatan ditampilkan secara deskriptif. Tidak ada perbedaan kadar GDP antara desa dan kota (p=0,385). Persentase subjek yang memiliki GDP ≥ 100 mg/dL lebih banyak di kota dibanding desa (42,3% vs 26,4%). Persentase hipertensi berdasarkan pemeriksaan lebih tinggi di kota dibanding desa (50,5% vs 33,8%). Berdasarkan wawancara, keluhan/ penyakit tertinggi pada kedua wilayah adalah hipertensi sebanyak 23 orang (33,82%) di desa dan 30 (32,97%) di kota. Disimpulkan bahwa faktor risiko GDP di atas normal lebih banyak ditemukan di desa sedangkan hipertensi lebih banyak ditemukan di kota. Keluhan/ penyakit utama di kedua wilayah adalah hipertensi.KATA KUNCI kadar glukosa darah; penyakit metabolik; hipertensi; pedesaan; perkotaan ABSTRACT Most people living in rural areas are from lower to middle income class, have limited access to information, and have different occupations compared to those in urban areas. In Yogyakarta, Bantar Kulon is a rural area, while Kronggahan is an urban area. Currently, the pattern of disease is shifting from infectious diseases to non-communicable diseases with environment and lifestyle factors as determinants. Thus, it is necessary to study the trends of risk factors for metabolic syndrome in both areas. This study aimed to seek the difference of fasting blood glucose (FBG), blood pressure (BP), and major complaints/illness between rural and urban areas. 71 people from Bantar Kulon and 91 people from Kronggahan were examined for FBG levels using GCU Monitoring System (EasyTouch®). Blood pressures were checked using sphygmomanometer. Risk factors for FBG and BP were presented as frequencies based on cut-offs (FBG: ≥100mg/dL; BP: ≥140/90 mmHg). T-test or Mann-Whitney U test were used to analyze the difference in variables between both areas. Results were significantly different if p <0.05. Health complaint data were displayed descriptively. There was no difference in FBG level between rural and urban areas (p = 0.385). The percentage of subjects with FBG ≥ 100 mg / dL was higher in Kronggahan than in Bantar Kulon (42.3% vs 26.4%). Based on examination, percentage of hypertension was higher in urban than rural areas (50.5% vs. 33.8%). Based on interviews, the top complaint/ disease in both areas was hypertension. The number of subjects who were diagnosed with hypertension were 23 (33,82%) and 30 (32,97%) from Bantar Kulon and Kronggahan respectively. Impaired fasting glucose was more common in Bantar Kulon (rural area) while hypertension is more common in Kronggahan (urban area). The main complaint / disease in both regions is hypertension.KEYWORDS blood glucose; metabolic syndrome; hypertension; rural area; urban area

show abstract

Section: Menurut the National Cholesterol Education Program Adult Treunclassified

Kadar glukosa darah dan tekanan darah pada penduduk pedesaan dan perkotaan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tasmini

Farmawati

Sunarti

et al. 2018

J Community Empowerment for Health

View full text Add to dashboard Cite

show abstract

“…Menurut data Badan Pusat Statistik, IMK sektor makanan mencapai 1,51 juta unit pada tahun 2020. IMK sektor makanan mengisi 36% dari seluruh IMK nasional [3].…”

Section: Pendahuluanunclassified

Modifikasi Alat Bantu Pembuatan Dodol Yang Ergonomis Untuk Mengurangi Keluhan Pekerja Di Umkm Dodol Di Tangerang

Priantoraharjo,

Widodo,

Andres

2024

JMTI

View full text Add to dashboard Cite

In the production process, IMK usually produces in traditional ways and has not automated. This means that the production process depends on human labor. Therefore, a review was carried out on one of the IMK that carried out Dodol production. To produce dodol food takes 8 to 10 hours of work. Initial observations were made to find out what problems could be used as research topics, based on initial observations made in the study, a problem topic was found in Dodol MSMEs in Tangerang. The highest complaints are felt on the back, soles of the feet, knees, and elbows. After a work risk analysis using the REBA and WERA methods, it was found that the risk in the dough kneading process was found to be high and changes needed to be made. Therefore, the design was carried out by considering ergonomic aspects, using the SCAMPER method. After the design, a simulation was carried out with the help of blender software to determine changes in REBA and WERA scores. Three design was created and the third design was chosen as the final design, with a height of 170 cm and a widht of 134 cm. It was found that the new design REBA score is 3 which is classified as low risk and the WERA score is 23 which is also classified as low risk.

show abstract

“…Pemakaian otot yang berlebihan dapat mengakibatkan otot-otot yang digunakan mengalami kekurangan oksigen, sehingga terjadi suatu proses oksidasi anaerob yang akan menghasilkan asam laktat. Asam laktat inilah yang akan menimbulkan rasa pegal atau nyeri (8).…”

Section: Pendahuluanunclassified

Efektivitas Stretching terhadap Nyeri Otot pada Pemain Futsal FK-UMI Sebelum Melakukan Pertandingan

Muh Farel Dzulhy,

Safei,

Arifin

et al. 2023

fmj

View full text Add to dashboard Cite

Permainan futsal merupakan permainan yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan. Atlet futsal atau pemain futsal memiliki peluang yang sama untuk mengalami injury, mengingat permainan ini banyak menggunakan kerja otot tubuh. Menurut data WHO (2013), resiko atlet bola yang cidera akibat bermain futsal diperkirakan sebanyak 235 kasus dari 1.000 permainan. Salah satu cedera yang dimaksud ialah nyeri otot. cara menghindari injury otot bagi pemain futsal adalah dengan melakukan pemanasan. Stretching ialah aktivitas sangat sederhana yang dapat membuat tubuh merasa lebih baik untuk mengatasi ketegangan serta kekakuan otot. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Streching terhadap Nyeri Otot pada Pemain futsal FK-UMI sebelum melakukan pertandingan. Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian eskperimen dengan rancangan penelitian Eksperimental Two Group PrePost Test Design with Control Group. Dari 30 sampel pada penelitian terdapat peningkatan nyeri dari Numeric Pain Rating Scale (NPRS) dan Visual Analogue Scale (VAS) pada sampel yang tidak diberikan stretching dan tidak ada peningkatan nyeri pada sampel yang diberikan stretching. Tidak terjadi peningkatan nyeri yang signifikan pada 15 pemain futsal yang melakukan stretching. Terjadi peningkatan nyeri yang signifikan pada 15 pemain futsal yang melakukan stretching. Keseimpulan penelitian ini, Pemberian stretching tidak terjadi peningkatan nyeri otot yang signifikan sedangkan tanpa stretching pemberian terjadi peningkatan nyeri otot yang signifikan.

show abstract

Kejadian Myalgia pada Lansia Pasien Rawat Jalan

Cited by 3 publications

References 0 publications

Kadar glukosa darah dan tekanan darah pada penduduk pedesaan dan perkotaan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Kadar glukosa darah dan tekanan darah pada penduduk pedesaan dan perkotaan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Modifikasi Alat Bantu Pembuatan Dodol Yang Ergonomis Untuk Mengurangi Keluhan Pekerja Di Umkm Dodol Di Tangerang

Efektivitas Stretching terhadap Nyeri Otot pada Pemain Futsal FK-UMI Sebelum Melakukan Pertandingan

Contact Info

Product

Resources

About