Kabupaten Situbondo merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur, yang memiliki pusat pemerintahan di Kecamatan Situbondo. Secara geografis, wilayah ini yang terletak di pesisir utara pulau Jawa. Dari hasil laut yang melimpah di Kabupaten Situbondo itu memiliki tradisi “Petik Laut”. Petik laut merupakan upacara yang dilaksanakan secara turun temurun dari nenek moyang. Upacara tersebut bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur nelayan atau masyarakat pesisir pantai atas hasil laut yang melimpah. Pencipta mengambil budaya tersebut untuk dijadikan sebagai motif batik khas dari Kabupaten Situbondo, karena pencipta ingin mengeksplor kebudayaan tersebut dan menambah motif batik Kabupaten Situbondo agar lebih berfariatif. Proses penciptaan ini menggunakan metode kreatif, diawali dengan tahap eksplorasi dengan melakukan wawancara dan observasi, merancang karya, eksplorasi teknik, perwujudan karya dan diakhiri dengan proses analisis karya. Dari konsep tersebut, pencipta memvisualisasikan kepada 6 karya batik tulis yang berukuran 115 × 200cm. Karya batik tulis ini memiliki konsep “Ka’atora saghârâ” diambil dari Bahasa madura yang memiliki arti ‘untuk laut’, enam karya batik tulis bertema tradisi petik laut ini memiliki judul Parao Lajhâr, Sè Utama, Tèra’na Malèm, Dèri Tana, Bighi Kaodi’en, Karapo Macan.
Kata kunci: batik tulis; Petik Laut; Situbondo; metode kreatif
Tradition of Petik Laut as A Source of Manufacture Ideas Situbondo Regency Special Written Batik Motif
Situbondo Regency is one of the areas located in East Java, which has a government center in Situbondo District. Geographically, this area is located on the north coast of the island of Java. From the abundant marine products in Situbondo Regency, it has a tradition of "Petik Laut". Petik laut is a ceremony that has been passed down from generation to generation. The ceremony aims to express the gratitude of fishermen or coastal communities for the abundant marine products. The creators took this culture to be used as a typical batik motif from Situbondo Regency, because the creators wanted to explore this culture and add Situbondo Regency batik motifs to make it more varied. The creation process uses the creativ method starting with the exploration stage by conducting interviews and observations, designing the work, exploring techniques, embodiment of the work and ending with the process of analyzing the work. From this concept, the creator visualizes 6 sized batik creations 115 × 200cm. This written batik work has the concept of "Ka'atora saghârâ" taken from Madura language which means "For the Sea", six written batik works with the theme of the petik laut tradition have the title Parao Lajhâr, Sè Utama, Tèra’na Malèm, Dèri Tana, Bighi Kaodi’en, Karapo Macan.
Keyword: batik tulis; Petik Laut; Situbondo; creative method