2017
DOI: 10.15578/jppi.11.7.2005.1-6
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

KERAGAMAN GENETIK DAN MORFOMETRIK PADA IKAN BAUNG, Mystus nemurus DARI JAMBI, WONOGIRI, DAN JATILUHUR

Abstract: Variasi genetik dan morfometrik beberapa ras ikan baung yang dikoleksi dari Jambi, Wonogiri, dan Jatiluhur telah diteliti dengan menggunakan polimorfisme mitokondria DNA D-loop dan metode truss morphometric. Berdasarkan kedua metode tersebut terdapat perbedaan yang nyata antara ras ikan baung dari Jambi dengan Wonogiri dan Jatiluhur, dan tidak berbeda nyata antara ras Jatiluhur dengan Wonogiri.

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
4
1

Citation Types

3
4
0
7

Year Published

2017
2017
2019
2019

Publication Types

Select...
5

Relationship

2
3

Authors

Journals

citations
Cited by 6 publications
(14 citation statements)
references
References 3 publications
3
4
0
7
Order By: Relevance
“…Keragaman genetik ikan kalui yang tergolong cukup rendah ini merupakan gambaran umum variasi genetik yang ditemui pada jenis ikan air tawar sebagai akibat keterbatasan migrasi secara alami, seperti misalnya pada ikan garing (Tor sorro) berkisar antara 0,0909-0,1407 (Asih et al, 2008), ikan kelabau (Osteochilus kelabau) berkisar antara 0,0100-0,1651 (Kusmini et al, 2011), ikan bujuk (Channa lucius) berkisar antara 0,2186-0,3668 (Azrita et al, 2011), ikan asang (Osteochilus vittatus) berkisar antara 0,0431-0,1512 (Syandri et al, 2015). Hal serupa juga ditemukan pada ikan baung (Mystus nemurus) (Nugroho et al, 2005), ikan butini (Glossobius matanensis) (Mamangkey et al, 2007), dan ikan mujair (Oreochromis mossambicus) (Arifin & Kurniasih, 2007).…”
Section: Hasil Dan Bahasanunclassified
“…Keragaman genetik ikan kalui yang tergolong cukup rendah ini merupakan gambaran umum variasi genetik yang ditemui pada jenis ikan air tawar sebagai akibat keterbatasan migrasi secara alami, seperti misalnya pada ikan garing (Tor sorro) berkisar antara 0,0909-0,1407 (Asih et al, 2008), ikan kelabau (Osteochilus kelabau) berkisar antara 0,0100-0,1651 (Kusmini et al, 2011), ikan bujuk (Channa lucius) berkisar antara 0,2186-0,3668 (Azrita et al, 2011), ikan asang (Osteochilus vittatus) berkisar antara 0,0431-0,1512 (Syandri et al, 2015). Hal serupa juga ditemukan pada ikan baung (Mystus nemurus) (Nugroho et al, 2005), ikan butini (Glossobius matanensis) (Mamangkey et al, 2007), dan ikan mujair (Oreochromis mossambicus) (Arifin & Kurniasih, 2007).…”
Section: Hasil Dan Bahasanunclassified
“…Ukuran sekuens MtDNA 16S-rRNA pada ikan kelabau ini lebih pendek bila dibandingkan dengan panjang sekuens Mt-DNA 16S-rRNA dari ikan jenis lain seperti lobster air tawar yang memiliki panjang sekuens 600-1.000 bp (Nugroho et al, 2004), baung 1.800-2.000 bp (Nugroho et al, 2005) dan ikan nila 1.200 bp (Arifin & Kurniasih, 2007). Demikian pula dengan jumlah haplotipe dan nilai variasi haplotipe dari ikan kelabau yang nilainya lebih rendah bila dibandingkan dengan ikan-ikan tersebut.…”
Section: Bahasanunclassified
“…Variasi genotipe yang rendah pada ikan kelabau mungkin disebabTabel 2. Frekuensi haplotype mt DNA ikan kelabau yang direstriksi dengan menggunakan 5 enzim restriksi yaitu Rsa I, Hae III, Taq I, Hin6 I, dan Alu I (Nugroho et al, 2005). Di samping itu, rusaknya habitat karena pencemaran lingkungan dan praktek penyetruman menyebabkan populasi ikan kelabau menurun.…”
Section: Bahasanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Pengukuran keragaman genetik ikan dapat dilakukan berdasarkan karakter fenotipnya (morfometrik, meristik, dan fluktuasi asimetri) dan karakter genotipnya (isozyme, DNA, dan sekuensing) (Nugroho et al, 2005;Widiyati et al, 2004). Pendekatan dengan ukuran komersial (panjang dan bobot badan) dan karakter meristik dapat digunakan untuk membedakan strain, jenis kelamin, stok, spesies hibrida, atau populasi telah dipakai untuk beberapa jenis ikan.…”
Section: Introductionunclassified