Tingginya laju pertumbuhan penduduk saat ini menjadi masalah besar di Indonesia dimana Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia. Keluarga Berencana adalah penggunaan cara-cara pengatur fertilisasi untuk membantu seseorang atau keluarga mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud disini adalah suatu pengaturan kehamilan secara sengaja, yang tidak melawan hukum atau perundang-undang yang berlaku dan juga moral pancasila dan untuk kesejahteraan keluarga. Sumber informasi dan peran significant others penting untuk diketahui dan dikaji, mengingat banyaknya pandangan atau persepsi negatif tentang KB seperti : KB dapat menganggu kesuburan, KB bertentangan dengan ajaran agama, KB dapat menganggu kesehatan. Disisi lain ada juga pandangan di masyarakat miskin/terbelakang, yaitu bahwa setiap keluarga senang punya banyak anak karena akan membawa kegunaan (manfaat) sebagaimana sering diungkapkan dengan "banyak anak, banyak rezeki". Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber informasi dan peran significant others dari ibu yang menjadi akseptor KB di klinik Pratama Citra Husada Kupang. 2. Menggali secara mendalam sumber informasi dan peran significant others dari ibu yang menjadi akseptor KB di klinik Pratama Citra Husada Kupang. Penelitian kualitatif dengan rancangan eksplorasi dan pendekatan fenomenologi. Informan utama adalah ibu yang menjadi akseptor KB dan informan pendukung adalah petugas klinik, perwakilan BKKBN provinsi NTT dan petugas Lapangan KB. Pengumpulan data dilakukan dengan cara : 1. Observasi; 2. Wawancara mendalam. Cara pengambilan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan strategi convenience sampling. Untuk keabsahan data dilakukan : 1. Triangulasi sumber; 2. Triangulasi metode; dan 3. Member checking. Sumber informasi terkait program KB, yaitu : dari bidan-bidan di Puskesmas, Penyuluhan oleh petugas kesehatan di kantor kelurahan, Dari teman atau tetangga dan Seminar-seminar di hotel. Significant others khususnya suami sangat berperan dalam perilaku ibu menjadi akseptor KB. Jika suami tidak mendukung atau melarang maka ibu pun enggan untuk menjadi akseptor KB. Interaksi sosial antara ibu dengan bidan dan teman terbukti mendorong ibu untuk menjadi akseptor KB. Upaya pendidikan kesehatan melalui seminar atau penyuluhan juga terbukti mendorong ibu untuk menjadi akseptor KB. Selain itu, program KB akan lebih berhasil jika melibatkan suami. Suami juga perlu diberi pengertian dan pemahaman tentang program KB.