Persediaan lahan dan tenaga kerja untuk pertanian semakin terbatas bahkan cenderung berkurang sebagai konsekuensi perkembangan daerah serta dinamika kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang akan menimbulkan masalah krusial terkait pengembangan dan keberlanjutan pertanian yang berimbas pada masalah kemiskinan. Keberadaan tradisi Kai Wait sebagai ruang komunikasi yang d idalamnya terdapat kohesi dan jaringan sosial menyebabkan potensi komunitas pertanian untuk selalu bisa berkembang, namun faktanya Kai Wait hanya sekedar masih berada pada kondisi yang cukup memprihatinkan. Penelitian ini disetting untuk mengeksplorasi sumberdaya komunitas pertanian berupa jaringan sosial dan kohesi sosial dalam kehidupan sehari-hari. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penentuan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling, di mana peneliti melakukan pemilihan secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Informan berjumlah 86 orang yang tersebar pada 10 Desa. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan empat langkah. Langkah pertama adalah melakukan reduksi data. Reduksi data digunakan untuk mengetahui pola perubahan untuk memetakan data yang diperoleh secara efisien. Langkah kedua adalah proses menampilkan data. Penyajian data dilakukan dengan memilah data dilanjutkan dengan langkah ketiga yaitu proses pemahaman data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tradisi Kai Wait memiliki kandungan kohesi yang kuat dimana rasa percaya sesama warga menjadi kekuatan dalam menghadapi persoalan yang mereka hadapi begitu juga jaringan sosial yang mereka miliki mampu mendukung usaha mereka dalam memenuhi nafkah sehari-hari.