2020
DOI: 10.17969/agripet.v20i1.15545
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Komponen Serat Sabut Kelapa yang Difermentasi Menggunakan Mikroba Pencerna Serat dari Rumen Kerbau

Abstract: ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perbedaan lama pemeraman dan aras starter mikroba pencerna serat dari rumen kerbau terhadap komponen serat dan perubahan struktur jaringan sabut kelapa fermentasi. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 3x3 dan 4 ulangan. Fermentasi sabut kelapa menggunakan mikroba pencerna serat dari rumen kerbau sebagai starter dengan perlakuan aras starter (0, 2,5 dan 5%) dan lama peram (0, 7 dan 14 hari). Parameter yang diamati adalah komponen s… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
3
1
1

Citation Types

0
3
0
5

Year Published

2020
2020
2023
2023

Publication Types

Select...
5

Relationship

1
4

Authors

Journals

citations
Cited by 5 publications
(8 citation statements)
references
References 0 publications
0
3
0
5
Order By: Relevance
“…Sedangkan pada perlakuan jenis cacing Lumbricus memiliki nilai sidik ragam tertinggi pada kombinasi dengan bahan baku A2B1 yang mendapatkan hasil 2,50%, pada perlakuan kombinasi pemberian jenis cacing dan komposisi bahan baku kandungan Kalium tertinggi didapatkan pada kombinasi jenis cacing Lumbricus dengan bahan baku A2B1. Menurut Arthawidya et al, (2017) penurunan kalium juga dipengaruhi akibat adanya proses dekomposisi oleh bakteri dari bahan organik menjadi K, namun K yang terbentuk tidak dapat bertahan lama karena sifat dari K sendiri dapat dengan mudah berikatan dengan senyawa lain yang menyebabkan K dalam bentuknya hilang, unsur kalium (K) merupakan unsur hara yang mudah mengadakan persenyawaan zat lain, misalnya Ca dan Mg. Sidik ragam pada perlakuan kombinasi jenis cacing lumbrikus (A2) memiliki nilai tertinggi pada kombinasi dengan komposisi bahan baku A2B3 pada rerata sidik ragam C/N sebanyak 24,46, dan untuk nilai terendah pada jenis cacing lumbrikus didapatkan pada kombinasi dengan komposisi A2B1 dengan nilai C/N rasio sebesar 18,33. komposisi bahan baku B3 di setiap parameter memiliki nilai C/N Rasio tertinggi, karena komposisi bahan baku B3 memiliki kandungan cocopeat lebih banyak dibandingkan dengan komposisi bahan baku lainya, cocopeat pisang memiliki kandungan selulosa 32,69%, hemiselulosa 22,56% dan lignin 42,10% (Nuswantara et al, 2020). Menurut Saraswati & Praptana, (2021) proses pengomposan alami bahan organik yang mengandung lignin dan selulosa oleh agen dekomposer akan membutuhkan waktu lama.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Sedangkan pada perlakuan jenis cacing Lumbricus memiliki nilai sidik ragam tertinggi pada kombinasi dengan bahan baku A2B1 yang mendapatkan hasil 2,50%, pada perlakuan kombinasi pemberian jenis cacing dan komposisi bahan baku kandungan Kalium tertinggi didapatkan pada kombinasi jenis cacing Lumbricus dengan bahan baku A2B1. Menurut Arthawidya et al, (2017) penurunan kalium juga dipengaruhi akibat adanya proses dekomposisi oleh bakteri dari bahan organik menjadi K, namun K yang terbentuk tidak dapat bertahan lama karena sifat dari K sendiri dapat dengan mudah berikatan dengan senyawa lain yang menyebabkan K dalam bentuknya hilang, unsur kalium (K) merupakan unsur hara yang mudah mengadakan persenyawaan zat lain, misalnya Ca dan Mg. Sidik ragam pada perlakuan kombinasi jenis cacing lumbrikus (A2) memiliki nilai tertinggi pada kombinasi dengan komposisi bahan baku A2B3 pada rerata sidik ragam C/N sebanyak 24,46, dan untuk nilai terendah pada jenis cacing lumbrikus didapatkan pada kombinasi dengan komposisi A2B1 dengan nilai C/N rasio sebesar 18,33. komposisi bahan baku B3 di setiap parameter memiliki nilai C/N Rasio tertinggi, karena komposisi bahan baku B3 memiliki kandungan cocopeat lebih banyak dibandingkan dengan komposisi bahan baku lainya, cocopeat pisang memiliki kandungan selulosa 32,69%, hemiselulosa 22,56% dan lignin 42,10% (Nuswantara et al, 2020). Menurut Saraswati & Praptana, (2021) proses pengomposan alami bahan organik yang mengandung lignin dan selulosa oleh agen dekomposer akan membutuhkan waktu lama.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Jika tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan limbah yang akan mencemari lingkungan. Sabut kelapa mempunyai komposisi serat kasar 30,34%, selulosa 32,69%, hemiselulosa 22,56%, lignin 42,10%, dan kadar air 5,43% (4) . Sabut kelapa memiliki potensi besar sebagai sumber silika (SiO2) alternatif dari produk limbah perkebunan (5) .…”
Section: Latar Belakangunclassified
“…Sabut kelapa tidak dapat langsung diberikan pada ternak karena kualitas nutrien yang rendah dan sulit dicerna perlu adanya teknologi fermentasi. Penurunan kadar selulosa ini dapat terjadi dengan peningkatan jumlah pemberian starter saat fermentasi, membuat kemampuan mendegradasi selulosa menjadi lebih tinggi (Nuswantara et al, 2020). Fermentasi merupakan salah satu teknologi meningkatkan nilai nutrien pakan berserat tinggi sebelum dijadikan bahan pakan komplit (Munawaroh et al, 2015).…”
Section: Pendahuluanunclassified