2018
DOI: 10.24269/ars.v7i1.1388
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Konstruksi Feminisme Perempuan Sumba

Abstract: In much feminist literatures show that women often have been underneath men power. This study aims to analyze about women representation in film “Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak”. The method is critical discourse to see hidden contexts in this film with a gender perspective. Some scenes show that woman had a choice to protect herself. The main character of this film, Marlina tried to give a poison and murdered the thieves who want to robber and rape her. Those Marlina’s acts were different if we comparin… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2

Citation Types

0
0
0
2

Year Published

2022
2022
2022
2022

Publication Types

Select...
2

Relationship

1
1

Authors

Journals

citations
Cited by 2 publications
(2 citation statements)
references
References 10 publications
0
0
0
2
Order By: Relevance
“…Pembahasan tentang perempuan tidak lepas dari pengaruh budaya serta kondisi sosial dimana perempuan tersebut berasal. Berbicara tentang hubungan antara film serta perempuan dapat digunakan untuk mengkaji kedudukan perempuan yang kerap tidak menguntungkan dalam film (Surahman, 2015;Asrita, 2018). Penggambaran perempuan dalam film seringkali muncul sebagai orang yang lemah serta membutuhkan kedudukan laki-laki.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Pembahasan tentang perempuan tidak lepas dari pengaruh budaya serta kondisi sosial dimana perempuan tersebut berasal. Berbicara tentang hubungan antara film serta perempuan dapat digunakan untuk mengkaji kedudukan perempuan yang kerap tidak menguntungkan dalam film (Surahman, 2015;Asrita, 2018). Penggambaran perempuan dalam film seringkali muncul sebagai orang yang lemah serta membutuhkan kedudukan laki-laki.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Pada film ini Marlina diceritakan dengan sangat berbeda dari janda-janda yang ada di Sumba pada umumnya, dimana pada masa itu perempuan yang ada di Sumba digambarkan sebagai mahkluk yang memiliki keterbatasan ruang gerak dan harus menuruti laki-laki atau biasa disebut dengan budaya patriarki. Seperti yang diungkapkan oleh (Asrita, 2018) bahwa mereka menganggap hidup seorang janda yang mendapatkan perlakuan kekerasan dari seorang laki-laki hanya bagian dari kehidupan keluarga mereka.…”
Section: Pendahuluanunclassified