“…Indonesia sebagai negara megabiodiversitas sangat berpotensi untuk memanfaatkan enzim ligninolitik yang dihasilkan oleh jamur. Penelitian dekolorisasi pewarna sintetik oleh jamur ligninolitik di Indonesia sebagian besar masih terbatas pada jenis Pleurotus (Dewi, Ilyas, & Sari, 2019;Dimawarnita & Panji, 2019), Trametes (Anita, Sari, & Yanto, 2019;Ardiati, Yanto, Anita, & Watanabe, 2019;Pertiwi, Dewi, & Sari, 2020;Yanto, Auliana, Anita, & Watanabe, 2019) dan Ganoderma (Martina, Roza, & Sirait, 2015;Pratiwi, Indrianingsih, Darsih, & Hernawan, 2017). Penelitian pendahuluan dengan menggunakan jamur C. dendriticum strain WM01 telah dilakukan dengan menggunakan tiga jenis pewarna sintetis (reactive blue 19, acid orange 52, dan basic violet 1), serta mediator kimia 2,2,6,6-tetramethylpiperidine 1-oxyl radical (TEMPO) dan violuric acid (Sari et al, 2018).…”