Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2020, jumlah kasus kanker mulut global mencapai lebih dari 377 ribu, dengan angka kematian mencapai lebih dari 177 ribu. Kanker mulut seringkali didiagnosis pada tahap lanjut karena gejalanya yang tidak spesifik. Kurangnya ketelitian dan tingkat pengetahuan dalam diagnosis, menyebabkan keterlambatan diagnosis. Alat deteksi dini, mampu mengoptimalkan diagnosis kanker mulut pada stadium awal. Tujuan penelitian ini untuk membahas peran dan mekanisme nanobiosensor dalam sistem deteksi dini kanker mulut melalui berbagai metode. Metode penelitian ini merupakan systematic review dengan pencarian research gap menggunakan strategi PICO di database PubMed, Google Scholar, dan Science Direct. Kanker mulut adalah jenis kanker yang terjadi pada saluran aerodigestif atas, melibatkan jenis tumor ganas, termasuk karsinoma dari epitel dan sarkoma. Nanobiosensor adalah sensor yang menggunakan elemen biologis sebagai komponen diagnostik dan elektroda sebagai transduser. Alat deteksi dini kanker mulut berbasis nanobiosensor mengikat antibodi pada droplet saliva berukuran nano. Biomarker Carcinoembryonic Antigen (CEA) dan Cytokeratin fragment 19 (CYFRA 21-1) dalam air liur memiliki konsentrasi yang lebih tinggi pada pasien kanker. Nanostruktur ZrO2 pada permukaan kaca akan berikatan dengan antibodi, menghasilkan respons arus. Ada berbagai metode yang dapat digunakan dalam sistem ini, seperti OFNASET, kromatografi kertas sederhana, Surface-enhanced Raman scattering (SERS), teknologi profil multi-analitik Luminex (xMAP), asai immunosorbent metal-linked (MeLISA), dan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Kesimpulan: Alat deteksi dini kanker mulut berbasis nanobiosensor dengan pengenalan cancer biomarker dalam saliva merupakan sistem yang dapat diterapkan dalam tata laksana diagnosis kanker mulut dengan hasil akurat dan valid.