Percepatan pengembangan kendaraan listrik di Indonesia telah tertuang di dalam peraturan presiden (Perpres) nomor 55 tahun 2019. Percepatan pengembangan kendaraan listrik ini dilatarbelakangi oleh cadangan bahan bakar minyak yang terus menurun dan bahaya pencemaran lingkungan. Selain itu, pengembangan konsep kendaraan Low-Cost Green Car (LCGC) menjadi fokus penelitian di beberapa negara untuk memerangi pencemaran lingkungan. Pengembangan teknologi komponen penyusun battery, battery monitoring system (BMS) menopang sekitar 60% keberhasilan pengembangan kendaraan listrik. BMS dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan mengenai monitoring tegangan, arus dan temperature battery. Sensor tegangan pada BMS didesain menggunakan prinsip pembagi tegangan dengan mempertimbangkan tegangan kerja analog to digital converter (ADC) microcontroller. Penggunaan sensor arus ACS758 mempertimbangkan kebutuhan arus maksimal dari motor listrik yang digunakan. Sedangkan sensor temperature menggunakan PT100. Komunikasi serial digunakan untuk mengirimkan data dari microcontroller ke LabVIEW dengan protokol pengiriman data berupa data pembacaan tegangan, arus dan temperatur sebesar dua digit. Protokol pengiriman data dari microcontroller dicacah pada program block diagram LabVIEW dan ditampilkan pada front panel dalam bentuk grafik.