Manajemen Kesehatan Pada Ternak Babi di Kelompok Tani Sehati Kelurahan Tuatuka, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang NTT

Abstract

Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang paling banyak dipelihara masyarakat di Kabupaten Kupang dalam menunjang kegiatan ekonomi mereka termasuk untuk kebutuhan sehari-hari dan juga kebutuhan biaya sekolah serta untuk acara keagamaan dan adat istiadat setempat. Pemeliharaan ternak babi oleh masyarakat masih bersifat tradisional tanpa manajemen kesehatan yang baik. Politani Negeri Kupang melalui Jurusan Peternakan dengan Program Studi Kesehatan Hewan yang dimilikinya melakukan pengabdian masyarakat untuk memperkenalkan manajemen kesehatan pada kelompok tani dengan pendekatan pola kemitraan. Model pendekatan ini telah berjalan selama 2 tahun dan memungkinkan masyarakat mendapat pengetahuan, ketrampilan dan praktek beternak secara benar, dimana program ini didesain dengan pola pendampingan dan penyuluhan serta pelayanan kesehatan hewan milik anggota mitra. Hasil pra survey dan survey didapatkan beberapa permasalahan yang dialami masyarakat kelompok binaan dalam hal tata laksana kesehatan hewan yang berhubungan dengan sanitasi kandang, kondisi tubuh ternak yang kurang baik karena menderita cacingan dan anemia, dan juga adanya penyakit-penyakit yang diderita oleh ternak termasuk didalamnya mencret putih (white scours), scabies dan hernia.Pemecahan masalah dengan cara penyuluhan yang dilakukan di kelompok tani binaan, pelayanan kesehatan untuk ternak-ternak yang menderita sakit dan penyakit serta pendampingan yang disediakan oleh Jurusan Peternakan Politani Kupang. Pada pelaksanaannya sebanyak 100 ekor ternak babi mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk pemberian multivitamin dan mineral, obat cacing (antiparasit-endo dan ekto parasit), anti lalat, zat besi, dan antibiotik. Kata Kunci: manajemen kesehatan, babi, kelompok tani, Kabupaten Kupang, pengabdian masyarakat.

Reproductive Health Counseling for Gilt and Sow

“…This is in accordance with previous reports on community service activities that there are three stages in community service activities, namely pre-implementation, implementation and evaluation (Bulu, Angi, et al, 2019;Wulandari et al, 2020). Previous researchers also reported that three stages in community service activities must be fulfilled, namely preparation, implementation and evaluation of activities (Bulu, Wera, et al, 2019;Setyawan et al, 2021). Previous research findings explain the aim of identifying knowledge and awareness of dairy farmers about the types and signs of reproductive diseases and how to prevent them.…”

Analisis Penerapan Biosekuriti Peternakan Babi Terhadap Virus African Swine Fever di Kota Palangka Raya

“…Upaya pengendalian yang dapat dilakukan di wilayah yang telah terjangkit, meliputi peningkatan biosekuriti, perbaikan manajemen peternakan, stamping out (pemusnahan), deteksi dini, dan kontrol pergerakan lalu lintas hewan, sedangkan upaya pencegahan dapat dilakukan di wilayah yang belum terjangkit ASF, meliputi peningkatan biosekuriti, pembatasan pergerakan lalu lintas hewan dan produk hewan, pelarangan jual beli dari luar daerah terutama babi hutan/celeng, vaksinasi, pendirian checkpoint lalu lintas hewan, peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) terhadap peternak (Primatika et al, 2022). Selain itu, kesadaran melaporkan terjadinya kasus penyakit menular oleh peternak ke dinas terkait, menjadi salah satu kunci yang efektif dan efisien dalam penanganan dan pengendalian penyakit hewan menular termasuk ASF (Bulu et al, 2022).…”