2019
DOI: 10.23960/jsl27195-203
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Marketing Channels of Sengon (Falcataria moluccana) on the Local Community Sawn Timber Industry in Sukamarga Village, Abung Tinggi Sub-district, North Lampung Regency

Abstract: Marketing channel is one of the influencing factors for sustainability sawmills managed by local people that use sengon timber as raw materials. The research objective is to explain the marketing channel for sengon sawn timber derived from sawmills managed by local people. Data were collected through interviews and observation; where the fifth respondents for interviews; were selected by purposive sampling. The collected data were then analyzed qualitatively to determine the marketing channels of sengon sawn t… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
2

Citation Types

0
2
0
3

Year Published

2021
2021
2024
2024

Publication Types

Select...
7

Relationship

0
7

Authors

Journals

citations
Cited by 7 publications
(5 citation statements)
references
References 10 publications
0
2
0
3
Order By: Relevance
“…Selain itu, sengon juga merupakan jenis yang relatif mudah untuk dibudidayakan, memiliki nilai ekonomi yang relatif tinggi, dan dapat dipanen dalam kurun waktu 2−10 tahun, tergantung pada tujuan pemanfaatannya (Krisnawati et al, 2011;Lelana et al, 2018). Utama et al, (2019) menyatakan bahwa pada tahun 2018, kebutuhan kayu sengon di Indonesia mencapai ± 1.608.218 m 3 dengan harga kayu gergajiannya mencapai Rp 1.200.000 per m 3 . Untuk memenuhi permintaan bahan baku dari kayu sengon, maka Perum Perhutani sebagai perusahaan milik negara di bidang kehutanan bekerjasama dengan masyarakat sekitar hutan melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) untuk melakukan budidaya sengon, seperti yang dilakukan pada masyakarat sekitar hutan di Desa Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Selain itu, sengon juga merupakan jenis yang relatif mudah untuk dibudidayakan, memiliki nilai ekonomi yang relatif tinggi, dan dapat dipanen dalam kurun waktu 2−10 tahun, tergantung pada tujuan pemanfaatannya (Krisnawati et al, 2011;Lelana et al, 2018). Utama et al, (2019) menyatakan bahwa pada tahun 2018, kebutuhan kayu sengon di Indonesia mencapai ± 1.608.218 m 3 dengan harga kayu gergajiannya mencapai Rp 1.200.000 per m 3 . Untuk memenuhi permintaan bahan baku dari kayu sengon, maka Perum Perhutani sebagai perusahaan milik negara di bidang kehutanan bekerjasama dengan masyarakat sekitar hutan melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) untuk melakukan budidaya sengon, seperti yang dilakukan pada masyakarat sekitar hutan di Desa Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Sengon (Falcataria falcata (L.) Greuter & R.Rankin) merupakan salah satu tanaman kehutanan yang banyak dibudidayakan dan dipilih untuk membangun hutan tanaman maupun hutan rakyat, terutama di Pulau Jawa. Sengon memiliki nilai ekonomis yang tinggi, harganya yang terjangkau banyak menarik minat konsumen sehingga membuka luas pasar sengon [1], [2], [3]. Selain itu, Sengon menjadi komoditas favorit masyarakat karena mampu tumbuh pada berbagai kondisi tanah dan termasuk jenis cepat tumbuh sehingga dapat dipanen dalam kurun waktu 5 tahun.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Logs derived from private forests serve as a primary wood resource for the small-scale sawmill sector (Syah et al 2018;Utama et al 2019). Furthermore, it has been observed that logs derived from sengon (Hidayat et al 2017;Utama et al 2019) are frequently employed in many sectors, such as the bare core industry, plywood manufacturing, laminated veneer lumber production, and container industry. The harvesting residue, which is a byproduct of harvesting operations, plays a significant part in the practice of sustainable forest management.…”
Section: Introductionmentioning
confidence: 99%