ABSTRAKKopi Arabika berbuah kuning (AGK-1) merupakan kultivar unggul lokal yang telah dikembangkan secara luas di wilayah Kabupaten Garut dan beberapa kabupaten lainnya di Jawa Barat. Keunggulan kultivar ini adalah produktivitas tinggi, ukuran biji besar, dan mutu citarasa spesialti. Salah satu kendala dalam budi daya tanaman kopi adalah serangan kumbang penggerek buah kopi (PBKo) Hypothenemus hampei, yang merupakan hama penting tanaman kopi di seluruh dunia. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi tingkat serangan hama PBKo pada kultivar AGK-1 di lapangan dan laboratorium. Penelitian dilakukan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016. Pengamatan tingkat serangan PBKo di lapangan dilakukan di blok Ciawer dan Legok Gede, Desa Margamulya, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada tanaman berumur 4 tahun (1.450 m dpl), 6 tahun (1.300 m dpl), 9 tahun (1.350 m dpl), dan 11 tahun (1.300 m dpl). Pengujian tingkat serangan PBKo terhadap buah kopi AGK-1 dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri), Sukabumi, menggunakan metode pilihan dan tanpa pilihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase serangan H. hampei pada kultivar AGK-1 di lapangan pada semua umur tanaman dan elevasi sangat rendah (3,24%-6,76%). Hasil pengujian di laboratorium menunjukkan persentase serangan PBKo pada kultivar AGK-1 cukup tinggi, baik menggunakan metode tanpa pilihan maupun pilihan, yaitu masing-masing 51,25% dan 17,5%. Akan tetapi, tingkat kerusakan biji yang ditimbulkan tergolong rendah dan tidak berbeda nyata dengan kultivar/varietas lainnya, yaitu 19,37% dan 6,25%.
PENDAHULUANKopi Arabika berbuah kuning (AGK-1) merupakan salah satu kultivar lokal yang telah dikembangkan secara luas oleh petani di wilayah Kabupaten Garut dan beberapa wilayah lainnya di Jawa Barat. Kultivar AGK-1 mempunyai beberapa sifat unggul, yaitu produktivitas tinggi, ukuran biji relatif besar, dan mutu citarasa tergolong spesialti. Selain itu, kultivar AGK-1 memiliki kulit buah yang mudah dikupas sehingga memudahkan dalam pengolahannya (Randriani, Dani, & Wardiana, 2014;