2020
DOI: 10.15575/hanifiya.v3i1.8697
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Merawat Damai Antar Umat Beragama Melalui Memori Kolektif dan Identitas Kultural Masyarakat Maluku

Abstract: This study aims to explain that the process of building and maintaining peace in the context of a plural society can be carried out by reactivating the collective memory and cultural identity of the community. Cultural memory and cultural identity that are based on historical-cultural experience are a social capital that nurtures harmony between communities. Qualitatively this study uses a literature study and field research approach. To explore the concepts of collective memory and cultural identity, author u… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
4
1

Citation Types

0
4
0
8

Year Published

2020
2020
2024
2024

Publication Types

Select...
6

Relationship

1
5

Authors

Journals

citations
Cited by 12 publications
(14 citation statements)
references
References 16 publications
0
4
0
8
Order By: Relevance
“…Pengkotak-kotakan identitas etnis dapat menjadi pemecahbelah bangsa dan dapat memicu konflik di tengah masyarakat terutama ketika konflik tersebut dikaitkan dengan simbol-simbol agama tertentu. Kasus konflik Ambon misalnya sampai membuat batas geografis antara masyarakat beragama Islam dan Kristen (Dandirwalu & Rehy, 2020;Lestari, 2020;Lestari & Parihala, 2020;Rozi, 2016). Pada kasus yang lain, simbol-simbol agama selalu dibawa dalam perebutan kekuasaan seperti pemilihan kepala daerah atau kepala negara (Akbar, 2005;Rachmadi, 2006).…”
Section: Pendahuluanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Pengkotak-kotakan identitas etnis dapat menjadi pemecahbelah bangsa dan dapat memicu konflik di tengah masyarakat terutama ketika konflik tersebut dikaitkan dengan simbol-simbol agama tertentu. Kasus konflik Ambon misalnya sampai membuat batas geografis antara masyarakat beragama Islam dan Kristen (Dandirwalu & Rehy, 2020;Lestari, 2020;Lestari & Parihala, 2020;Rozi, 2016). Pada kasus yang lain, simbol-simbol agama selalu dibawa dalam perebutan kekuasaan seperti pemilihan kepala daerah atau kepala negara (Akbar, 2005;Rachmadi, 2006).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Penelitian-penelitian terdahulu seringkali hanya memandang dalam dua aspek saja dan seringkali menghubungkan perbedaan etnis dan budaya sebagai akar konflik. Seperti agama dan perdamaian (Abdullah, 2018;Hidayat, 2017;Irawan, 2014); nilai-nilai kultural dalam menjaga perdamaian (Ernas, 2015;Feriyanto, 2018;Nurdin, 2013) konflik dalam masyarakat yang multicultural dan multireligion (Alhamid, 2014;Hamid, 2013;Lestari & Parihala, 2020;Lindawaty, 2011); resolusi konflik (Ardiansyah, 2010); serta harmoni dalam kehidupan bermasyarakat (Ayubi, 2016;Ernas et al, 2014). Kajian-kajian terdahulu seringkali mendudukkan perbedaan agama dan identitas etnis sebagai sumber dari konflik di berbagai daerah sedangkan kajian yang lain berhasil menggunakan budaya lokal sebagai kekuatan menjadi harmoni di tengah keragaman suku dan agama.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Aktivitas para musisi dengan kreasi musikal yang harmonis antara musik hadroh milik umat Muslim dan trompet milik umat Kristen di kota Ambon telah menggambarkan peran serta musik dalam memelihara perdamaian di Maluku. Bagaimanapun proses merawat harmoni di antara umat beragama di Maluku masih sangat dibutuhkan, terutama ketika memori konflik yang pernah dialami masih tetap hidup di dalam memori kolektif masyarakat Maluku Lestari & Parihala, 2020).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Dalam aspek sosial budaya, konflik telah menciptakan pemilahan sosial dan mempertajam segregasi kelompok berdasarkan garis keagamaan (Kalay, 2020;Lestari & Parihala, 2020), yang disertai menguatnya sentimen solidaritas kelompok. Kondisi ini semakin diperkuat dengan terbentuknya pemukiman-pemukiman segregasi sebagai akibat dari gelombang pengungsian masyarakat yang menjadi korban konflik.…”
Section: Pendahuluanunclassified
See 1 more Smart Citation