2018
DOI: 10.1088/1755-1315/149/1/012025
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Mesoscale Convective Complexes (MCCs) over the Indonesian Maritime Continent during the ENSO events

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

0
5
0
4

Year Published

2020
2020
2023
2023

Publication Types

Select...
6
1

Relationship

0
7

Authors

Journals

citations
Cited by 8 publications
(9 citation statements)
references
References 15 publications
0
5
0
4
Order By: Relevance
“…Pada periode Maret-April-Mei (MAM) kontribusi MCC ditemukan lebih dari 16-20% di wilayah Sumatera Selatan dan Sulawesi di beberapa lokasi (Trismidianto, E Yulihastin, H Satyawardhana, 2017). Selain itu, penyebab terjadinya MCC dijelaskan dalam penelitian Trismidianto & Satyawardhana (2018) menyatakan selama musim DJF (Desember-Januari-Februari) frekuensi dari kejadian MCC selama kondisi El Nino dan La Nina lebih tinggi daripada pada saat kondisi netral, tetapi ukuran dari MCC pada kondisi netral lebih besar daripada kondisi lain. Salah satu dampak yang ditimbulkan akibat kejadian MCC adalah curah hujan tinggi sebagaimana dijelaskan pada penelitian (Schumacher and Johnson, 2005) Penelitian terkait MCC di wilayah Indonesia telah banyak dilakukan, penelitian yang dilakukan umumnya dengan studi kasus.…”
Section: Iunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Pada periode Maret-April-Mei (MAM) kontribusi MCC ditemukan lebih dari 16-20% di wilayah Sumatera Selatan dan Sulawesi di beberapa lokasi (Trismidianto, E Yulihastin, H Satyawardhana, 2017). Selain itu, penyebab terjadinya MCC dijelaskan dalam penelitian Trismidianto & Satyawardhana (2018) menyatakan selama musim DJF (Desember-Januari-Februari) frekuensi dari kejadian MCC selama kondisi El Nino dan La Nina lebih tinggi daripada pada saat kondisi netral, tetapi ukuran dari MCC pada kondisi netral lebih besar daripada kondisi lain. Salah satu dampak yang ditimbulkan akibat kejadian MCC adalah curah hujan tinggi sebagaimana dijelaskan pada penelitian (Schumacher and Johnson, 2005) Penelitian terkait MCC di wilayah Indonesia telah banyak dilakukan, penelitian yang dilakukan umumnya dengan studi kasus.…”
Section: Iunclassified
“…Sepanjang tahun 2018-2020 terlihat kejadian MCC terjadi pada masa musim penghujan (Desember-Januari-Februari) dimana pergerakan MCC mengikuti pola angin meridional sesuai dengan sistem monsoon Asia. Kejadian MCC terjadi pada masa bulan basah (Desember-Januari-Februari) dimana hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Durkee & Mote (2010), yang menyatakan bahwa puncak kejadian MCC di Amerika Selatan terjadi pada bulan Desember dan Januari, akan tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Trismidianto & Satyawardhana (2018) menemukan bahwa puncak kejadian MCC di Indonesia terjadi pada musim peralihan dari bulan basah ke bulan kering yaitu bulan MAM (Maret-April-Mei). Waktu inisiasi kejadian MCC terjadi pada pukul 18 UTC hingga 21 UTC dan memasuki fase matang pada pukul 23 UTC -03 UTC.…”
Section: Hasil Dan Diskusi 31 Sebaran Dan Distribusi Temporal Kejadia...unclassified
“…Penelitian yang dilakukan oleh Trismidianto dkk. menunjukan bahwa periode MCC pada Periode El Niño-Southern Oscillation (ENSO) membuat kemunculan MCC juga sering terjadi khususnya pada bulan Desember, Januari dan Februari (Trismidianto & Satyawardhana, 2018). Keberadaan MCC memiliki kontribusi positif dalam menghasilkan curah hujan baik selama periode MJO distribusi kemunculannya MCC dominan terjadi di wilayah Indonesia bagian Timur meliputi Maluku, Papua Barat, dan perairan Utara Papua (Muhlis & Mulsandi, 2017).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Terdapat beberapa peneliti di Indonesia yang juga membahasa MCC dan mengkaikatkan dengan fenomena yang global seperti penelitian MCC selama periode Madden-Julian Oscillation (MJO) [4]. Trismidianto [5] melakukan penelitian menunjukan bahwa periode MCC pada Periode El Niño-Southern Oscillation (ENSO) membuat kemunculan MCC juga sering terjadi khususnya pada bulan Desember, Januari dan Februari. Dalam penelitian Ismanto [6] Sistem awan ini biasanya dominan memiliki masa hidup 12.2 jam.…”
Section: Pendahuluanunclassified