This article aims to identify and describe the role of social capital as a resource in enhancing the capacity and self-reliance of the Glagaharjo community in managing the volcanic eruption disasters of Mount Merapi. A qualitative approach was employed, utilizing non-probability sampling and Purposive Sampling for informant selection. Data collection involved interviews, observations, and documentation. The research results indicate that the Glagaharjo Village possesses a culture of mutual cooperation, knowledge of "Ilmu Titen," and "Merti Bumi," which establish bonds and cross-group cooperation involving women, youth, community leaders, people with disabilities, children, and the elderly in the Village Resilience to Disaster activities. This has effectively fostered community self-reliance in managing volcanic eruption disasters from Mount Merapi.These findings illustrate that social capital serves as a key factor in strengthening community capacity, building effective collaborations, and enhancing self-reliance in facing significant disaster threats.
Abstrak
Artikel ini bertujuan mengidentifikasi dan menggambarkan peran modal sosial sebagai sumber daya dalam meningkatkan kapasitas dan kemandirian masyarakat Glagaharjo dalam mengelola bencana erupsi Gunung Merapi. Pendekatan kualitatif digunakan dengan teknik penentuan informan menggunakan non-probability sampling dan spesifikasi Purposive Sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelurahan Glagaharjo memiliki budaya gotong royong, Ilmu Titen, dan Merti Bumi yang membangun ikatan dan kerja sama lintas kelompok, melibatkan perempuan, pemuda, tokoh masyarakat, disabilitas, anak, dan orang tua dalam kegiatan Desa Tangguh Bencana. Hal ini mampu menciptakan kemandirian masyarakat dalam mengelola bencana erupsi Gunung Merapi. Temuan ini menggambarkan bahwa modal sosial menjadi faktor kunci dalam memperkuat kapasitas masyarakat, membangun kolaborasi yang efektif, dan meningkatkan kemandirian dalam menghadapi potensi ancaman bencana yang signifikan.