Modalitas Dalam Tajuk Rencana Kompas Edisi Oktober 2018

Abstract


 Penelitian ini berjudul “Modalitas dalam Tajuk Rencana Kompas Edisi Oktober 2018”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis modalitas dan pengungkap maknanya serta pendistribusiannya yang terdapat dalam tajuk rencana Kompas edisi Oktober 2018. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data pada penelitian ini adalah penggalan kalimat dalam wacana tajuk rencana yang diduga mengandung sarana pengungkap jenis-jenis modalitas bahasa Indonesia. Dari hasil analisis, dapat ditemukan 112 data yang mengandung empat jenis modalitas yaitu modalitas intensional, modalitas epistemik, modalitas deontik, dan modalitas dinamik. Selain itu juga ditemukan tiga data yang mengandung dua jenis modalitas sekaligus. Dari empat jenis tersebut, modalitas yang paling dominan ialah modalitas epistemik. Hal ini logis karena modalitas epistemik mempersoalkan sikap pembicara yang didasari oleh keyakinan atau kekurangyakinan terhadap kebenaran proposisi. Hal ini juga sesuai dengan konsep dasar tajuk rencana yang berisi asumsi (belum pasti kebenarannya) dari penulis selaku pembicara tentang peristiwa nonaktual yang terjadi. Selanjutnya adalah modalitas deontik, modalitas intensional, dan terakhir modalitas dinamik.

Analisis Wacana Kritis pada Pidato Presiden Tahun 2022: Model Norman Fairclough

“…Modalitas adalah ungkapan sikap dan keyakinan yang terdapat dalam ucapan pembicara. Terdapat berbagai cara untuk menyampaikan ucapan pembicara tersebut, seperti menggunakan kata nomina, adverbia, atau kata bantu modalitas (Wijana dalam Rifiwanti, 2020). Hal ini sejalan dengan pandangan Chaer dalam Rifiwanti (2020) yang menjelaskan bahwa modalitas merupakan kata keterangan dalam kalimat yang menggambarkan sikap pembicara terhadap suatu hal yang dibicarakan.…”

“…Hal ini sejalan dengan pandangan Chaer dalam Rifiwanti (2020) yang menjelaskan bahwa modalitas merupakan kata keterangan dalam kalimat yang menggambarkan sikap pembicara terhadap suatu hal yang dibicarakan. Menurut Santoso dalam Rifiwanti (2020), ungkapan modalitas sering digunakan dalam politik karena memiliki nilai ekspresif yang berfungsi sebagai pernyataan otoritas pembicara terhadap kebenaran atau kemungkinan representatif realitas. Modalitas mencakup konstruksi linguistik yang dapat disebut pragmatis dan interpersonal.…”