ABSTRAK Sapi dan kerbau memiliki nilai ekonomi sebagai sumber protein hewani dan hewan pekerja. Masyarakat Sulawesi juga menggunakan kerbau dalam berbagai kegiatan adat dan keagamaan. Infeksi oleh parasit Trematoda dapat mengganggu potensi ternak tersebut berupa gangguan produktivitas. Di Indonesia, Schistosomiasis bersifat endemik dan hanya dapat ditemukan di Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia (Lembah Lindu, Napu, dan Bada). Belum ada data mengenai status infeksi Trematoda pada hewan sapi dan kerbau di daerah tersebut. Studi ini dilakukan menggunakan desain potong-lintang untuk mengukur prevalensi Trematodosis pada sapi dan kerbau di sekitar wilayah endemik Schistosomiasis pada JuliNovember 2016. Sebanyak 261 contoh tinja yang terdiri atas 173 ekor sapi dan 88 ekor kerbau dari 7 desa (Desa Anca, Bewa, Gunung Gintu, Sedoa, Wangga, Watumaeta, dan Wuasa) dikoleksi dan disimpan pada suhu 28 C hingga analisis selanjutnya. Metode Danish Bilharziasis Laboratory dipilih untuk menghitung secara kuantitatif infeksi oleh Trematoda. Prevalensi Trematodosis secara keseluruhan studi ini adalah 85,06%. Prevalensi Trematodosis pada kerbau lebih tinggi dibandingkan pada sapi dan berbeda secara statistik (P<0,05). Prevalensi tertinggi adalah Paramphistomiasis (75,48%), yang diikuti oleh Fascioliasis (67,05%) dan Schistosomiasis japonica (30,27%). Prevalensi Trematodosis masing-masing desa juga bervariasi dan berbeda secara statistik (P<0,05). Intensitas infeksi berupa infeksi ringan, sedang, dan berat dilaporkan pada penelitian ini. Infeksi campuran oleh dua bahkan tiga spesies Trematoda dilaporkan pada penelitian ini. Dua desa endemik Schistosomiasis baru dilaporkan, yakni Desa Bewa dan Gunung Gintu. Hasil penelitian ini digunakan sebagai dasar pengendalian Trematodosis pada ruminansia besar di wilayah endemik terutama yang berpotensi zoonosis.