Artikel ini mengulik diskursus gender di ranah film, yang akan difokuskan pada film “Dear David,” yang merekam kehidupan perempuan urban. Anggapan bahwa film adalah cerminan dinamika sosial di masyarakat Indonesia telah dianggap final. Menariknya, irisan antara agama, moral, dan perempuan cukup dominan dalam film-film bertema perempuan. Akan tetapi, beberapa tahun terakhir ini dunia sinema Indonesia bermunculan film tentang kehidupan perempuan yang mencoba keluar dari pakem tersebut. “Dear David” adalah salah satu film yang mengangkat sosok dan persoalan perempuan di tengah kehidupan modern, namun di saat bersamaan juga mencoba mendiskusikan ulang relasi antara moralitas, narasi agama, dan diskursus gender sekaligus. Pertanyaan utama artikel ini adalah Bagaimana citra dan visual perempuan di film Indonesia? Dan Bagaimana film Dear David dalam diskursus gender? Artikel ini didasarkan pada menganalisa visual, narasi, dan citra yang dibangun dalam film Dear David, dan juga mendalami beragam kritik, komentar, dan diskusi yang ditujukan pada film tersebut. Artikel ini mendapati bahwa diskursus gender dalam kehidupan perempuan yang divisualisasi lewat film Indonesia, mulai digambarkan selaras dengan realitas kehidupan sehari-hari para perempuan urban, seperti diskursus soal kesehatan mental, reproduksi, pendidikan seks, hingga kehidupan pribadi. Selain itu, faktor-faktor seperti agama, keluarga, lingkungan, hingga nilai-nilai tradisional mulai dicoba untuk didiskusikan ulang.