Premenstrual Syndrome (PMS) merupakan sekumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita, yang muncul secara siklik dengan tingkatan dan gejala yang berbeda-beda, dalam rentang waktu 7-10 hari sebelum menstruasi. Gejala emosional seperti mudah marah, mood swing, dan depresi dapat menjadi pemicu perubahan nafsu makan, sehingga wanita cenderung mengonsumsi makanan kaya energi. Peningkatan konsumsi makan oleh wanita dengan PMS terkait dengan upaya untuk mengurangi efek negatif pada perubahan mood. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kejadian PMS dengan perilaku makan dan asupan energi mahasiswi Gizi Universitas Airlangga. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan desain cross sectional. Jumlah responden 62 mahasiswi S1 Gizi Universitas Airlangga. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling. Data diambil secara online, termasuk data karateristik responden, tingkat gejala PMS, perilaku makan, serta asupan kalori. Analisis data secara statistik menggunakan uji Chi-Square dan uji Korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan, mahasiswi mengalami PMS dengan kategori gejala sedang (45,2%) dan gejala berat (45,2%). Sebanyak 46,8% mahasiswi memiliki skor tinggi pada perilaku emotional eating. Mayoritas asupan energi mahasiswi (71%) defisit tingkat berat. Analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara PMS dengan emotional eating (p=0,030). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara PMS dengan emotional eating, sehingga perlu adanya peningkatan awareness terhadap kejadian PMS, serta kemampuan untuk mengendalikan kondisi emosional terhadap hal-hal yang lebih positif.