Muslim Prejudice: Study of the Effects of Religiosity, Fundamentalism, Religious Quest, and Social Domination Orientation

Abstract

This article means to comprehend the impact of religiosity, fundamentalism, religious Quest and social Domination orientation towards prejudice muslim students with quantitative technique. Total samples are 253 understudies from three universities in Jakarta, those are Paramadina University, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta and LIPIA (Islamic and Arabic College of Indonesia) that represent to the three belief systems; liberalism, moderate and conservatism. The examples taken with non-likelihood inspecting strategy. The researchers adjusted instrument from Intolerant Schema Measures (ISM), The Centrality of Religiosity Scale (CRS), Islamic Fundamentalism Scale, Quest Scale, and Social Dominance Orientation Scale (SDO-S). Instrument validity test utilizing CFA procedure. Information investigation utilizing relapse with various gathering displaying. Researchers hopes this study could be used as a reference to minimalize prejudice and preventing the horizontal conflicts. Based on the results of the hypothesis, there are significant influence from public practice (dimension of religiosity), fundamentalism, and social dominance orientation towards prejudice on muslim students.

Spiritual Peace of the Students with Delinquent Behavior at School Through the Approach of Islam Religion

“…The ideal prototype of a human being in Islam is comprehensive or kāffah (Amalia et al, 2023), but in the context of Indonesian Islam, both Nusantara Islam (Syahid, 2019) and Progressive Islam by Muhammadiyah (Baidhawy, 2015), promote a moderate attitudes, views, and behavior (Syahid et al, 2024) are preferred. Because they are kept away from prejudice (Yafie et al, 2020), for which all must continue to travel to reach that level of the religious ladder, because it is influence his happiness in life. So that is way, the purpose of this study is to (1) make a list of the categories of delinquent behavior in Junior High School students in Jakarta, (2) identify the behavior of delinquent in students in the school who are considered most common, the most annoying of teaching and learning in the classroom, and at school.…”

Prasangka Terhadap Etnis Tionghoa: Peran Etnosentrisme dan Orientasi Dominasi Sosial

“…Secara teoritik etnosentrisme merupakan keyakinan individu yang bersifat subjektif dengan menjadikan standar kelompok etnisnya dalam menilai kelompok etnis lain sehingga berdampak pada prasangka atau sikap negatif terhadap kelompok lainnya (Bizumic et al, 2021). Enam aspek etnosentrisne oleh Bizumic et al (2021) terdahulu bahwa prasangka sosial dipengaruhi orientasi dominasi sosial pada konteks relasi sosial antaretnis (Sujatmika & Probowati, 2016), antaragama (Fauzi & Rahmani, 2019;Inderasari et al, 2021;Palupi, 2010;Yafie et al, 2020), kelompok minoritas seperti anak berkonflik dengan hukum (Septianeke et al, 2023). Dari koefisien determinasi diketahui bahwa orientasi dominasi sosial berperan sebesar 2,7% dalam menjelaskan prasangka mahasiswa masyarakat lokal erhadap Etnis Tionghoa.…”

Prasangka Terhadap Kelompok Islam Radikal: Peran Orientasi Dominasi Sosial Dan Fundamentalisme Beragama

“…Artinya, 97.5% dari prasangka terhadap kelompok Islam radikal dijelaskan oleh variabel lain selain kedua prediktor pada penelitian ini. Secara teoritis dan dari temuan riset terdahulu, variabel lain tersebut misalnya kontak antarkelompok (10)(11)(12), ancaman antarkelompok (13,14), kecemasan antarkelompok (15)(16)(17), otoritarianisme sayap kanan (18)(19)(20)(21)(22), orientasi dominasi sosial (22,23), identitas kelompok (24)(25)(26), empati (27,28). Meskipun koefisien determinasi kedua variabel penelitian ini tergolong rendah, namun penelitian ini menunjukkan bahwa kedua determinan disposisional tersebut, sebagai karakteristik kepribadian yang bersumber dari dalam diri individu, berperan sebagai prediktor prasangka sosial.…”

“…Faktor kognitif yaitu adanya stereotip yang dibentuk oleh kelompok berdasarkan kategorisasi yaitu ketika individu merupakan bagian dari kelompok ingroup biasanya akan dipandang lebih baik sementara kelompok outgroup dipersepsikan lebih negatif (4,5,9). Prasangka sosial dapat terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya di antaranya kontak antarkelompok (10)(11)(12), ancaman antarkelompok (13,14), kecemasan antarkelompok (15)(16)(17), otoritarianisme sayap kanan (18)(19)(20)(21)(22), orientasi dominasi sosial (22,23), identitas kelompok (24)(25)(26), empati (27,28), dan etnosentrisme (Guntara, 2022;Tondok et al, 2017). Dengan demikian, teori dan hasil-hasil penelitian tersebut di atas dapat menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut terkait dengan prasangka sosial.…”