Seni menulis di atas daun lontar menjadi salah satu warisan tradisi Bali yang masih hidup hingga sekarang, walaupun tidak ditemukan di semua wilayah di Bali. Kabupaten Karangasem Bali merupakan salah satu kabupaten yang ekosistem budaya lontarnya masih hidup walaupun ditengah serbuan arus globalisasi. Bagaimana proses pengolahan daun lontar hingga siap ditulisi, pengembangan lontar menjadi ikon desa wisata, kehidupan penulis lontar sampai pada tradisi membaca naskah lontar masih ditemukan di Karangasem Bali. Ekosistem budaya lontar di Karangasem yang masih eksis akan penulis kaitkan dengan konsep ajaran Tri Hita Karana dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekosistem budaya lontar di Karangasem adalah salah satu penerapan konsep ajaran Tri Hita Karana (THK). Bagaimana keseimbangan terjalin erat antar manusia dengan Tuhan (Parahyangan), antar sesama (Pawongan), maupun dengan alam (Palemahan). Aspek teo-antropologi sebagai pandangan manusia Bali terhadap kosmik dengan menempatkan nilai religius sebagai “roh” dari setiap produk budaya Bali, termasuk budaya lontar di Bali. Hal yang sama terlihat pada ajaran teo-ekologi sebagai ajaran tersirat dalam tradisi lontar di Bali. Kesemuanya itu sangat beriringan dan sejalan dengan konsep Tri Hita Karana.