activities and environment uncertainty perception, increase understanding among all individuals in the public accountant firm regarding demand, values, and norms of the said public accountant firm, and ultimately establish specific and attainable goals. This article aims to be a contribution for management (partners and senior auditors) in motivating auditors to increase their performance and for researchers to inspire empiric research related to role stress as a motivator to increase performance.
Keywords: role stress, motivation theory, performance
ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan sisi positif dari role stress yang selama ini dianggap sebagai faktor penyebab terjadinya penurunan kinerja dan pada akhirnya menimbulkan job dissatisfaction. Ada beberapa faktor penyebab (antecedent) dari role stress yaitu boundary-spanning activities, iklim etis perusahaan, mentoring, dan organization-proffesional conflict yang telah terbukti secara empiris berpengaruh terhadap role stress. Role stress yang muncul di dalam hubungan kerja atasan-bawahan atau ketua-anggota kelompok merupakan proses dinamis yang terjadi di dalam organisasi. Role stress dapat menjadi sumber potensial bagi organisasi apabila manajer atau ketua dapat mengelolanya dengan baik, sehingga dapat mengubah role stress dari hygiene factors menjadi motivator. Artikel ini mencoba mengaitkan fenomena role stress di dalam kantor akuntan publik (KAP) dengan teori-teori motivasi dengan tujuan untuk memberikan
PENDAHULUANPengelolaan sumber daya manusia di dalam suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting karena sumber daya manusia merupakan aset bagi perusahaan, yang berperan penting dalam pencapaian kesuksesan perusahaan. Kesuksesan ini akan tergantung pada bagaimana perusahaan dapat memotivasi, memberi pelatihan, dan membuat mereka puas dengan pekerjaannya (Belkauoi, 1989). Pengelolaan sumber daya manusia menjadi hal yang sangat krusial di dalam perusahaan jasa karena pendapatan mereka bersumber dari kemampuan karyawan melaksanakan jasa. Kahn et al. (1964), pencetus teori dinamika peran (role dynamics theory), mengatakan bahwa teori dinamika peran didasarkan pada episode-episode peran, yaitu proses siklis antara role sender dan focal person (pelaksana peran) (dikutip oleh Viator, 2001). Teori tersebut menyatakan bahwa role sender memiliki ekspektasi atas dasar perilaku focal person dan berusaha mempengaruhi perilaku focal person dengan memberikan informasi mengenai ekspektasi peran. Focal person merespon dengan menerima atau menolak informasi tersebut atas dasar persepsi mereka terhadap role-sendings. Ketika terdapat divergensi preferensi antara role sender (prinsipal) dan focal person (agen) serta adanya informasi yang tidak lengkap, maka akan terjadi role stress (Maher, Ramanathan, and Peterson, 1979). Hal ini akan mengakibatkan agen tidak dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan kepentingan terbaik dari prinsipal.Role stress terdiri dari 2 konstruk penting, yaitu role ambiguity dan role conflict (Kahn, 1964) (dikutip oleh Fis...