2021
DOI: 10.1177/0975425321990384
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

New Patterns of Urbanization in Indonesia: Emergence of Non-statutory Towns and New Extended Urban Regions

Abstract: Indonesia is home to more than 260 million people and is one of the world’s most rapidly urbanizing countries. Between 1980 and 2010, Indonesia’s urban population grew about fourfold, from 32.8 to 118.3 million. Using data from National Census publications, this article examines the urbanization patterns and trends in urban growth in Indonesia from 1980 to 2010. The urbanization process has increased the number of cities in Indonesia from 50 to 94 and expanded large urban regions. Most of these expanded urban … Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

0
17
0
10

Year Published

2021
2021
2024
2024

Publication Types

Select...
6
2

Relationship

2
6

Authors

Journals

citations
Cited by 31 publications
(27 citation statements)
references
References 28 publications
0
17
0
10
Order By: Relevance
“…Finally, in Indonesia, the fast pace of urbanization has not been matched with sufficient infrastructure and services [43]. According to the World Bank, although the country's economy grew by an average of 5.8% in the mid to late 2000s, in the wake of the Asian financial crisis only 3% of GDP was invested in infrastructure per year on average, compared to 10% in China [44].…”
Section: Plos Global Public Healthmentioning
confidence: 99%
“…Finally, in Indonesia, the fast pace of urbanization has not been matched with sufficient infrastructure and services [43]. According to the World Bank, although the country's economy grew by an average of 5.8% in the mid to late 2000s, in the wake of the Asian financial crisis only 3% of GDP was invested in infrastructure per year on average, compared to 10% in China [44].…”
Section: Plos Global Public Healthmentioning
confidence: 99%
“…Pada transormasi wilayah yang terjadi pada Kabupaten Demak memperlihatkan proses metropolitanisasi yang meluas, dengan pola perluasan kawasan-kawasan aktivitas perkotaan yang berasal dari kota inti, yaitu dari Kota Semarang, sambil melakukan penguatan terhadap kawasan pusat konsentrasi penduduk, aktivitas dan pelayanan yang telah ada sebelumnya. Proses transformasi ini berkembang dari proses-proses demografi, ekonomi dan spasial yang multidimensi dan saling terkait, dan mengubah pola pemanfaatan lahan dari lahan nonterbangun, seperti lahan pertanian, menjadi lahan terbangun, terutama pada kawasan-kawasan tertentu, yang menurut Mardiansjah et al (2021) memenuhi dua kriteria utama, yaitu faktor sejarah perkembangan yang telah ada sebelumnya dan/atau faktor potensi perkembangan yang ada. Faktor-faktor ini selarah dengan pendapat Setiawan & Rudiarto (2016) yang menyebutkan konsentrasi penduduk yang telah ada, keberadaan jalan regional, aksesibilitas ke pusat kota, dan orbitase atau jarak kawasan kepada pusat pelayanan utama yang lebih tinggi.…”
Section: Kesimpulanunclassified
“…Hasil analisis memperlihatkan bahwa sebagai kawasan pinggiran dari Metropolitan Semarang, proses transformasi wilayah di Kabupaten Demak sangat dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di wilayah Kota Semarang. Kondisi ini sangat tampak dari kawasan-kawasan yang mengalami proses transformasi yang cepat (berkembang) dapat diklasifikasi terdiri dari dua jenis kawasan (lihat Gambar 4), yaitu kawasan yang secara historis telah menjadi Kawasan konsentrasi dan pusat pelayanan, dan Kawasan yang memiliki potensi untuk berkembang, seperti yang dijelaskan oleh Mardiansjah et al (2021). Kawasan Pusat yang terdiri dari Kecamatan Demak, Bonang dan Wonosalam merupakan kawasan yang secara historis menjadi kawasan konsentrasi dan pusat pelayanan, sebagai akibat dari kondisi bahwa Kecamatan Demak merupakan lokasi ibukota dan pusat konsentrasi pelayanan di Kabupaten Demak sejak ratusan tahun yang lalu.…”
Section: Analisis Non Pdrbunclassified
“…Firman [2] said that urbanization and urban growth in Java could be classified as recent phenomena, as its urbanization level was still 35.7% in 1990, which increased to 48.7% in 2000. Java started to have more than half of the population be the urban population at the beginning of the 2000s, as in 2010 it had 58.5% in its urbanization level [3]. However, Zhang & Deng [4] argue that urbanization in Indonesia, which is dominantly contributed by the process in Java, reached extraordinary urbanization in the 1980s.…”
Section: Introductionmentioning
confidence: 99%
“…However, Zhang & Deng [4] argue that urbanization in Indonesia, which is dominantly contributed by the process in Java, reached extraordinary urbanization in the 1980s. Furthermore, although Zhang & Deng [4] argue that urbanization in Indonesia has entered into the adjustment era in the 1990s, Mardiansjah et al [3] argue that urbanization in Indonesia, including in business, and commercial trade, as well as service activities and other urban activities in the peripheries takes advantage of these two important factors.…”
Section: Introductionmentioning
confidence: 99%