Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Mitra Sejati Karya Tulus Setiyadi

Abstract

This study aims to describe the intrinsic elements in the novel Mitra Sejati by Tulus Setiyadi and the educational values ​​in the novel Mitra Sejati by Tulus Setiyadi. This type of descriptive qualitative research. The data sources for the novel Mitra Sejati by Tulus Setiyadi and the data for this study are quotes that contain intrinsic elements and educational values. Data collection techniques used library techniques and note-taking techniques. The instrument used by the researcher himself was the main instrument. The validity of the data used triangulation of sources, researchers, and theories. The analysis of this research uses an interactive analysis model. The technique of presenting the results of the analysis used the informal presentation method. The results found (1) intrinsic elements include: (a) the theme of the novel Mitra Sejati is friendship and the struggle of two children in continuing their education (b) The characters and characterizations consist of the main characters, namely Arga and Bayu, the additional characters are Pak Karyo, Ratih, Mbok Suminah, Mas Guntur, Mbah Kromo, Budhe Tumi, Indri, Nuning, Raras (c) The plot used is a forward plot (d) The setting consists of place setting, time setting, and socio-cultural setting (e) The point of view used is the point of view the third person's point of view is omniscient. (2) educational values ​​consist of: (a) the value of religious education includes 2 (two) aspects (b) the value of moral education includes 2 (two) aspects and (c) the value of cultural education includes 2 (two) aspects. In this study, it was concluded that the researcher only examined the intrinsic elements and educational values ​​of the Mitra Sejati novel by Tulus Setiyadi.

Internalisasi Nilai Kearifan Lokal Budaya Jawa dalam Kode Etik Akuntan

“…Dalam Bahasa Jawa, terdapat falsafah tumata yang mengandung makna mengatur dan menempatkan lawan bicara pada posisi yang tepat sesuai dengan strata sosial yang dimiliki. (Afriza et al, 2022;Ahya et al, 2022;Bhakti, 2020;Nafi'a et al, 2022;Rubiyad, 2021;Setyawan, 2018;Siregar, 2020;Vitasari et al, 2022;Windayanto, 2022). Bahasa Jawa merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Jawa di beberapa wilayah seperti Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur .…”

“…Bahasa Jawa merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Jawa di beberapa wilayah seperti Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur . (Afriza et al, 2022;Ahya et al, 2022;Bhakti, 2020;Nafi'a et al, 2022;Rubiyad, 2021;Setyawan, 2018;Siregar, 2020;Vitasari et al, 2022;Windayanto, 2022). Dalam masyarakat Jawa, penggunaan bahasa Jawa tidak hanya menciptakan ikatan keakraban dan persaudaraan yang khas, tetapi secara alami juga mencerminkan nilai hormat dalam setiap bentuk interaksi (Afriza et al, 2022;Ahya et al, 2022;Bhakti, 2020;Nafi'a et al, 2022;Rubiyad, 2021;Setyawan, 2018;Siregar, 2020;Vitasari et al, 2022;Windayanto, 2022).…”

“…(Afriza et al, 2022;Ahya et al, 2022;Bhakti, 2020;Nafi'a et al, 2022;Rubiyad, 2021;Setyawan, 2018;Siregar, 2020;Vitasari et al, 2022;Windayanto, 2022). Dalam masyarakat Jawa, penggunaan bahasa Jawa tidak hanya menciptakan ikatan keakraban dan persaudaraan yang khas, tetapi secara alami juga mencerminkan nilai hormat dalam setiap bentuk interaksi (Afriza et al, 2022;Ahya et al, 2022;Bhakti, 2020;Nafi'a et al, 2022;Rubiyad, 2021;Setyawan, 2018;Siregar, 2020;Vitasari et al, 2022;Windayanto, 2022). Menurut Purwati (2022); Vitasari et al (2022), bahasa Jawa memiliki dua tingkat bahasa yang disebut kromo dan ngoko, yang masing-masing dibedakan lagi menjadi 4 tingkat tutur yakni kromo alus, kromo lugu, ngoko alus, dan ngoko lugu.…”

“…Berdasarkan penelitian Bhakti, (2020) ada aturan tidak tertulis di salah satu daerah Jawa tepatnya di Kabupaten Sleman bahwa ketika melakukan interaksi dan dianjurkan menggunakan bahasa Jawa kromo saat berbicara, sebagai bentuk penghormatan terhadap etika dan sopan santun dalam komunikasi. (Afriza et al, 2022;Ahya et al, 2022).…”