Salah satu permasalahan kesehatan yang menjadi perbincangan di dunia adalah HIV-AIDS. Hingga tahun 2013 terdapat 35 juta orang dengan HIV di seluruh dunia (UNAIDS, 2014). Populasi yang berisiko tinggi dalam penularan HIV-AIDS di Indonesia yakni, pengguna narkoba suntik, wanita pekerja seks, dan laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama laki-laki (UNAIDS, 2009). Memasuki tahun 2010, terjadi peningkatan jumlah infeksi HIV-AIDS pada kelompok ibu rumah tangga (Kemenkes RI, 2013). Menurut Dalimoenthe (2011) ibu rumah tangga terjangkit HIV dari suami yang melakukan penyimpangan sosial, baik karena seringnya berganti-ganti pasangan seks atau penggunaan narkoba suntik. Tertular HIV dapat menyebabkan timbulnya berbagai kesulitan yang berhubungan dengan harga diri, isolasi sosial, dan kurangnya kesejahteraan psikologis (Asante, 2012). Peters (2013) menemukan kondisi grivieng wajar terjadi pada individu dengan HIV. Maciejewski, Zhang, Block, dan Prigerson (2007) menemukan bahwa penerimaan diri dapat meningkat apabila kondisi grieving menurun. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui proses grieving dan penerimaan diri pada ibu rumah tangga berstatus HIV positif yang tertular melalui suaminya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, menggunakan responden sebanyak 5 orang ibu rumah tangga yang berstatus HIV positif yang tertular dari suaminya. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, FGD, dan observasi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa proses grieving yang dilalui meliputi tahapan penolakan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan. Terdapat dua bentuk penerimaan, yakni penerimaan negatif dan penerimaan positif. Ketika ibu rumah tangga mengembangkan bentuk penerimaan secara positif, akan berlanjut menuju proses penerimaan diri yang pada akhirnya membentuk self-compassion dan self-disclosure.
Kata kunci : grieving, penerimaan diri, ibu rumah tangga, HIV