Alat musik tradisional di Jawa Barat sebagai pengiring pada upacara tradisional mempertegas hubungan harmonis antara manusia, lingkungan alam dan pencipta. Namun terdapat penurunan penggunaan alat musik tradisional salah satunya disebabakan berkurangnya ketersediaan bahan baku. Pengelolaan lahan dengan kebun campuran bisa menjadi alternatif dalam upaya pelestarian bahan baku alat musik dengan menanam jenis kayu-kayuan (pohon) dan bambu. Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun konsep pengelolaan kebun campuran untuk mendukung upaya pelestarian alat musik tradisional Jawa Barat, dimana kebun campuran dapat direvitalisasi dan ditingkatkan kuantitasnya dalam rangka mensuplai kebutuhan bahan baku tersebut, sekaligus mengkonservasi keanekaragaman hayati dan meningkatkan simpanan karbon pada tanaman. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa wawancara semiterstruktur dengan purposive sampling, studi pustaka dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan Jawa Barat memiliki 31 alat musik tradisional dengan 5 tipe alat musik tradisional. Terdapat 23 spesies dan 5 spesies bambu digunakan sebagai bahan baku dengan kriteria tertentu. Upaya pelestarian terus dilakukan sampai saat ini meliputi pendidikan, pertunjukkan, pengarsipan, pelatihan, kolaborasi dan menciptakan trend. Ketersediaan alat musik dalam pelestarian diperlukan untuk dikenalkan ke generasi berikutnya. Proses pengelolaan kebun campuran untuk sampai ke konsumen diperlukan modern management. Pengelolaan pun menghadapi hambatan berupa perubahan iklim yang tidak menentu.