2017
DOI: 10.15578/jsekp.v12i1.6312
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Optimasi Faktor Produksi Untuk Maksimasi Keuntungan Usaha Budi Daya Rumput Laut Di Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil

Abstract: ABSTRAKKeterbatasan faktor produksi seperti bibit, modal, dan tenaga kerja dalam menjalankan usaha budi daya rumput laut berdampak pada keuntungan yang akan diperoleh. Kondisi ini menuntut pemilik usaha budi daya rumput laut di Desa Sathean harus mampu mengelola usahanya dengan baik, terkait penentuan jumlah faktor produksi yang sifatnya terbatas untuk memperoleh keuntungan usaha yang maksimal. Untuk itu tujuan penelitian ini adalah menganalisis alokasi faktor produksi yang optimal dan mengkaji keuntungan maks… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1
1

Citation Types

0
1
0
2

Year Published

2022
2022
2024
2024

Publication Types

Select...
4

Relationship

0
4

Authors

Journals

citations
Cited by 4 publications
(3 citation statements)
references
References 0 publications
0
1
0
2
Order By: Relevance
“…Hasil optimasi tersebut menunjukkan jumlah kombinasi optimal produksi minuman dan nilai slack pada faktor produksi. Sesuai dengan pernyataan Talakua (2017), bahwa hasil analisis linear programming digunakan untuk menentukan keuntungan maksimal. Pada proses analisis linear programming untuk mendapatkan solusi optimasi, perlu dilakukan iterasi (perhitungan berulang-ulang hingga mencapai solusi optimal) sebanyak 5 kali.…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified
“…Hasil optimasi tersebut menunjukkan jumlah kombinasi optimal produksi minuman dan nilai slack pada faktor produksi. Sesuai dengan pernyataan Talakua (2017), bahwa hasil analisis linear programming digunakan untuk menentukan keuntungan maksimal. Pada proses analisis linear programming untuk mendapatkan solusi optimasi, perlu dilakukan iterasi (perhitungan berulang-ulang hingga mencapai solusi optimal) sebanyak 5 kali.…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified
“…Indonesia memiliki lebih dari lima ratus jenis rumput laut [1], diantaranya yang bernilai ekonomis adalah alga merah (Rhodophyceae) sebagai penghasil agar dan karagenan,sedangkan algacoklat (Phaeophyceae) sebagai penghasil alginate [2]. Umumnya jenis rumput laut merah yakni Eucheuma cottonii yang dibudidayakan di provinsi Maluku [3] dan merupakan komoditas eksport yang potensial dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir [4].Produksi rumput laut kering di Maluku tahun 2022 meningkat sebesar 24,5% dari tahun sebelumnya [5], dimana permintaan rumput laut terus meningkat sebesar 5-10% untuk memenuhi industri dalam negeri dan eksport [6]. Tingginya kadar air rumput laut basah 93% [7], sedangkan kadar air rumput laut kering yang distandarkan oleh SNI maksimum 30% untuk Eucheuma cottonii [8].Pengeringan rumput laut merupakan proses pascapanen hasil produksi yang paling kritis sebelum dapat digunakan dalam industry pengolahan [9], Dimana pengeringan melibatkan introduksi perpindahan panas dan massa secara simultan guna menghilangkan molekul air dari produk selama proses pengeringan [10],namun menghilangkan molekul air selama proses pengeringan membutuhkan sejumlah besar energi panas laten yang tinggi [11].…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Globally, the seaweed market trading in Alor Regency takes place very simply, such as the market mechanisms that exist in other grass cultivation centers in Indonesia. Farmers are only focused on production, although farmers also have the right to the best price they have to get [28]; [29]; [30]; [31]; [32]. Some farmers will sell their produce to collectors who make higher offers of the dry seaweed production they produce.…”
Section: Market Links or Marketing Channelsmentioning
confidence: 99%