<p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify; text-indent: 28.1pt;"><span style="font-size: 10pt;">Dalam hubungannya dengan </span><span style="font-size: 10pt;" lang="in" xml:lang="in">masalah bagaimana memanfaatkan hasil tangkapan sampi</span><span style="font-size: 10pt;">-</span><span style="font-size: 10pt;" lang="in" xml:lang="in">ngan (HTS) dari aktivitas penangkapan ikan dan untuk mematuhi <em>Code of Conduct for Responsible Fisheries</em>, kami mengolah HTS menjadi produk bernilai tambah. Dalam penelitian ini, kulit ikan cucut dan ikan pari digunakan untuk pembuatan gelatin. Lima rasio pengkomposisian berbeda antara kulit ikan cucut dan ikan pari 100:0, </span><span style="font-size: 10pt;" lang="in" xml:lang="in">75:25, 50:50, 25:75, dan 0:100 digunakan dalam produksi gelatin. Karakteristik fisik dan kimia gelatin dari masing-masing perlakuan termasuk gelatin sapi komersial dievaluasi. Rasio pengkomposisian kulit ikan cucut dan ikan pari 50:50 menghasilkan gelatin terbaik pada parameter viskositas, kekuatan gel dan titik leleh dengan nilai berturut-turut 11,77 cP; 230,33 Bloom dan 31,9 <sup>o</sup>C. Gelatin tersebut mengandung air, abu, lemak dan protein berturut-turut sebesar 6,89; 0,59; 0,71 dan 82,94 g/100 g. Glisin, prolin dan asam glutamat merupakan tiga asam amino terbesar yang dijumpai pada seluruh gelatin yang dihasilkan.</span></p><strong><span style="font-size: 10pt;" lang="in" xml:lang="in">Kata kunci:</span></strong><span style="font-size: 10pt;">hasil tangkapan sampingan, </span><span style="font-size: 10pt;" lang="in" xml:lang="in">pengkomposisian, gelatin, ikan hiu</span><span style="font-size: 10pt;">, kulit ikan, ikan pari</span>