Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak nilam terbesar di dunia. Komoditas ekspor dari minyak atsiri nilam mempunyai nilai ekonomi tinggi dan mendatangkan devisa negara. Pemanfaatan minyak nilam dibutuhkan secara kontinyu dalam industri farmasi, kosmetik, parfum, aroma terapi, dan lain-lain. Selama ini perkembangan proses produksi minyak nilam tidak banyak mengalami perubahan. Adanya tuntutan pasar saat ini tentang kualitas cenderung meningkat, dan industri minyak nilam di Indonesia harus mampu mengikuti keinginan pasar tersebut. Oleh karena itu, diperlukan penelitian tentang minyak atsiri dari Nilam Jawa (Pogostemon heyneanus) dengan metode distilasi air dan distilasi air – uap untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas. Bagian nilam yang digunakan adalah batang dan daun. Lama waktu distilasi adalah 6 jam dan temperatur distilasi dipertahankan pada 1000C, dengan menggunakan heating mantle. Kemudian, analisa mutu minyak nilam dilakukan dengan kromatografi gas dan spektrometri massa. Selanjutnya, hasil yang didapatkan adalah rendemen minyak yang paling banyak didapatkan pada daun, baik dengan metode distilasi air sebesar 1,64 %, maupun dengan metode distilasi air-uap sebesar 1,7 %. Pada distilasi air, massa jenis P.heyneanus sebesar 0,946 – 0,954 gr/ml (310C), sedangkan pada metode distilasi air-uap memiliki indeks biasnya hanya dapat terukur pada daun, yaitu sebesar 0,965 gr/ml (310C). Pada metode distilasi air, nilai indeks bias Nilam Jawa (P.heyneanus) berkisar antara 1,500 – 1,504, sedangkan pada distilasi air – uap mempunyai nilai indeks biasnya berkisar antara 1,503 – 1,507. Komponen pokok yang terdapat pada minyak atsiri Nilam Jawa yang dapat teridentifikasi melalui gas kromatografi dan spektrometri massa adalah α-pinene, β-pinene, caryophyllene, dan patchouli alkohol. Dari keempat komponen ini, kadar patchouli alkohol adalah paling tinggi pada minyak nilam. Persentase area pada daun untuk semua komponen adalah yang terbesar, kemudian campuran batang – daun dan yang paling kecil adalah batang.