Salah satu IRT yang bergerak dibidang camilan adalah ibu Nur Aini. Ibu Nur Aini sudah lebih dari 10 tahun menggeluti usaha camilan keripik tempe. Awal berdirinya usaha ini hanya mempunyai 1 orang karyawan. Saat ini, mitra rata-rata mampu memproduksi sekitar 200-300 bungkus keripik tempe/hari dengan harga 1 bungkus Rp.1.000, dengan tingkat keuntungan sekitar 10 %- 25% dari harga jual. Akar permasalahan pada prioritas masalah yang dialamai mitra adalah proses produksi keripik tempe yang masih konvensional, pemotongan tempe dilakukan secara manual; pengemasan produk hanya menggunakan plastik yang dilipat kemudian di eratkan menggunakan staples; pola pemasaran yang hanya mengandalkan akses sekitar tempat tinggal mitra; dan bbelum mendapatkan ijin PIRT. Solusi permasalahan dalam program PKM dilaksanakan dengan mengadopsi metode PALS (participatory learning system). Pelaksanaan program PKM dengan metode PALS meliputi empat tahapan utama, yakni tahap penyadaran, tahap pengkapasitasan, tahap pendampingan, serta tahap pelembagaan. Respon keterlaksanaan kegiatan mendapatkan hasil 60% responden menanggapi dengan baik dan 40% lainnya menanggapi dengan sangat baik. Hasil yang didapatkan adalah peningkatan keterampilan mitra, kemampuan memproduksi berbasis IPTEK dengan lebih optimal, desain produk dan kemasan baru yang lebih modern, konsistensi membuat konten promosi melalui media sosial, serta pembuatan akun di salah satu marketplace, sehingga PIRT keripik tempe mampu meningkatkan penjualan.