Pelatihan Public speaking Sebagai Sarana Peningkatan Kepercayaan Diri dan Kompetensi Komunikasi Pada Remaja Dengan Thalassemia (Thaller) di Kota Depok.

Abstract

<p><em>Talasemia merupakan sebuah penyakit keturuna</em><em>n yang mengalami kelainan darah sejak balita. Penyebab utamanya adalah sel darah merah (hemoglobin) begitu cepat mengalami kehancuran, sehingga usia sel-sel darah menjadi lebih pendek dan tubuh akan mengalami kekurangan dara</em><em>h yang penderita utamanya paling banyak berlokasi di Jawa Barat. H</em><em>asil prariset yang ditemukan melalui mitra mengungkapkan bahwa, kebutuhan yang utama bagi para anak dan remaja dengan thalassemia adalah peningkatan kepercayaan diri. Rasa rendah diri dengan kondisi fisik dan kesehatan para anak dan remaja dengan thalassemia menekan mereka untuk beraktivitas dan bersosialisasi dengan lingkungan. Salah satu kepercayaan diri yang dibutuhkan adalah kemampuan public speaking. Kemampuan menyampaikan pendapat serta kemampuan berbicara dengan percaya diri di depan umum merupakan kebutuhan remaja dengan thalassemia di POPTI Kota Depok, Jawa Barat.</em><em> Berdasarkan pemaparan di latar belakang, maka pelatihan inibertujuan peningkatan Kepercayaan Diri dalam Public Sepeaking untuk para Remaja Dengan Thalassemia (Thaller) di POPTI (Persatuan Orangtua Penderita Thalasemia Indonesia) Kota Depok, Jawa Barat. Metode pelaksanaan dilakukan dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi. Ha</em><em>sil kegiatan ini berjalanan lancar dan memberikan peningkatan kemampuan peserta mengenai kiat-kiat yang dapat diretapkan dalam pelaksanaan public speaking. Untuk kegiatan lan</em><em>jutan dapat dilakukan dengan menghasilkan penelitian ilmiah terkait topik ini dan mengadakan pelatihan lanjutan mengenai public speaking.</em></p><p><strong>Kata kunci</strong><strong><em>: Komunikasi Persuasi, Public speaking, Remaja, Thaller, Thallasemia</em></strong></p>

Pendampingan peningkatan public speaking melalui storytelling dalam kehumasan kementerian

“…Seorang public speaker dengan perannya sebagai pemberi pengaruh dan manfaat bagi para pendengar dituntut untuk tampil meyakinkan. Semua perkataan, penampilan, dan perilakunya dapat saja menjadi inspirasi bagi para pendengarnya [13]. Kemampuan public speaking pun menjadi sangat relevan untuk Bagian Humas dari berbagai Rumah Sakit di Indonesia yang berada dibawah naungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ini yang pastinya akan banyak berhubungan dengan banyak pihak.…”

Competency Analysis of Participants In Public Speaking Training Through Aristotle’s hetorical Study

“…Pendapat (Ardiansyah, 2017) menyimpulkan bahwa Retorika Basuki Tjahaja Purnama secara tidak sadar menggunakan lima hukum retorika dalam menyampaikan materi pidatonya. (Karolina & Arindita, 2022) juga menyimpulkan Keterampilan public speaking memerlukan pelatihan dan pendampingan yang kontinyu untuk mewujudkan hasil yang lebih terasa nyata. Hal ini butuh pembiasaan untuk menerapkan keterampilan public speaking dengan cara latihan dan pendampingan secara rutin agar tingkat keberhasilannya dapat dicapai secara maksimal.…”

“…Sehingga penulisan kalimat terlihat ambigu dan rancu, penyusunan paragraf yang tidak sesuai dengan aturan dapat membuat mahasiswa tidak dapat menentukan setiap bagian dalam pidato. Diperkuat dengan penelitian (Karolina & Arindita, 2022) bahwa keterampilan public s p e a k i n g m e m e r l u k a n p e l a t i h a n d a n pendampingan yang kontinyu untuk mewujudkan hasil yang lebih terasa nyata.…”

“…Narasumber tidak membawa catatan langsung berbicara tetapi sering terdiam sejenak dan mengucapkan kata eh...eh…untuk menyampaikan pesan apa selanjutnya". (03/O/09-02/2023) Menurut pendapat (Karolina & Arindita, 2022) menjelaskan tentang hukum memoria (mengingat) yang keempat, bahwa pembicara harus mampu mengingat naskah yang telah disusun dan menyampaikan kepada audience. Tahap ini sangat penting untuk kesuksesan pembicara dalam menyampaikan pidatonya.…”