Pembajakan Karya Literasi (Buku) di Masa Covid 19

Abstract

Pembajakan buku adalah upaya untuk memperbanyak buku dengan cara dicetak, difoto kopi atau cara lain tanpa mendapat ijin tertulis dari penulis dan penerbit buku terkait. Fenomena pembajakan buku di masa pandemi Covid 19 memperburuk industri perbukuan asional. Penerbit mengalami penurunan penjualan buku secara fisik di toko luring/luar jaringan, sementara penjualan secara daring/on line dibayangi masalah pembajakan karya literasi dalam hal ini buku. Peringkat pembajakan khususnya hak cipta di Indonesia menempati urutan ketiga terbesar di dunia. Dengan meningkatnya informasi dan teknologi saat ini, kasus pembajakan buku semakin banyak terjadi dan mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Online Sale of Pirated Books from a Legal and Moral Perspective

“…There is a certain period for legal protection of book economic rights stipulated in Article 58 of the Copyright Law, for books written by individuals or groups, economic rights are granted for 70 years, and books written by corporations for 50 years. Book piracy is an attempt to reproduce a book by printing, photocopying or other means without obtaining written permission from the author and publisher concerned (Njatrijani, 2020). Sanctions for those involved in piracy are imposed, such a maximum imprisonment of ten years and/or a maximum fine of four billion rupiah as Article 113 paragraph 4 of the Copyright Law.…”

The Phenomenon of Book Piracy in the Novel “Selamat Tinggal” by Tere Liye

“…Pembajakan buku merupakan upaya untuk memperbayak jumlah buku maupun isinya dengan cara dicetak, difotokopi, atau pun dengan prosedur lainnya tanpa mendapatkan izin tertulis dari penulis atau pemegang hak cipta dan penerbit buku terkait (Njatrijani, 2020). Pembajakan buku merupakan tindak kriminal yang menyalahi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, 2014 pada pasal 113.…”

“…Pembajakan buku pada masa pandemic Covid 19, semakin meningkat (Njatrijani, 2020). Selain disebabkan karena kurangnya pemahaman masyarakat dan efek jera dari upaya penegakan hukum, peningkatan pembajakan buku disebabkan karena mudahnya menggandakan buku dalam bentuk elektronik (e-book) maupun fisik.…”

“…Pembajakan buku digambarkan berpusat pada area-area kampus di kota-kota besar. Kasus pembajakan buku sering diawali dari fotokopi di lingkungan sekolah maupun kampus (Njatrijani, 2020). Dampak penjualan buku bajakan selain merugikan penulis dan penerbit, juga secara langsung merugikan negara.…”

“…Hal ini menunjukkan peminat buku bajakan bukan hanya dari kelompok ekonomi menengah ke bawah atau pun dari golongan kurang terpelajar. Pembajakan buku justru sering ditemui di lingkungan kampus yang menjadi sebagai tempat belajar mahasiswa (Njatrijani, 2020). Studi tersebut menekankan penyebab pembeli memilih buku bajakan ialah kurangnya pemahaman tentang hak cipta serta kurangnya penghargaan terhadap isi karya dalam bentuk buku atau pun karya cipta lainnya.…”