Kondisi sekolah-sekolah di daerah 3TP pada umumnya belum tersentuh TIK, belum memiliki sumber tenaga listrik, keterbatasan sumber belajar, dan terbatasnya jumlah guru yang ada terbatas pula pengalaman pemanfaatan TIK dalam pembelajaran. Metode pembelajaran yang diterapkan guru masih yang bersifat konvensional. Sejak tahun 2015, diawali di 5 provinsi, dengan 10 sekolah (5 SD dan 5 SMP) memulai perintisan penerapan model pembelajaran terintegrasi TIK.
Masalah yang menjadi fokus pembahasan di dalam tulisan ini adalah bagaimana sekolah-sekolah di daerah 3TP yang kondisinya serba terbatas dapat memulai penerapan model pembelajaran terintegrasi TIK. Selain didasarkan atas pengalaman penulis sebagai anggota tim fasilitasi Pustekkom-Kemendikbud dalam perintisan penerapan model pembelajaran terintegrasi TIK, tulisan ini juga diperkaya dengan kajian/telaah terhadap berbagai dokumen dan artikel yang terkait dengan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran di daerah 3TP. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran terintegrasi TIK di sekolah-sekolah di daerah 3TP. Sebagai kesimpulan, sekolah-sekolah di daerah 3TP yang menerapkan model pembelajaran terintegrasi TIK ini sudah meningkat jumlahnya.
Kata-kata kunci: Teknologi Informasi and Komunikasi (TIK), daerah 3TP, pembelajaran.
ABSTRACT: Generally, the condition of schools in the borderline, outer, and frontier areas (BOFA) have never been in touch with the information and communication technology (ICT), no electricity, limited learning resources, and limited number of teachers with limited experiences in utilizing ICT in learning as well. The teaching method applied by teachers is still the conventional one. Started in 2015, the piloting of an ICT integrated-learning model commenced. The focussed problem to be discussed in this article is how the schools in the borderline, frontier, outer areas with various limited conditions are able to start the application of an ICT integrated-learning model. Aside from the author’s based experiences as a facilitating team member of the ICT Center for Education and Culture-Ministry of Education and Culture, in piloting the application of an ICT integrated-learning model, this article is enriched by the review or study of various documents and articles related with the utilization of ICT in learning in the BOFA. The objective of this article is to describe the application of an ICT integrated-learning model in the schools in BOFA. As a conclusion, the number of schools in BOFA applying an ICT integrated-learning model has been increased.