Latar BelakangCOVID-19 adalah penyakit menular yang diakibatkan oleh SARS-CoV-2 coronavirus baru yang belum pernah teridentifikasi pada manusia yang menimbulkan berbagai macam gejala. Gejala COVID-19 yang cukup sering ditemukan adalah batuk, pilek, demam. Rapid Test Antigen merupakan pemeriksaan dengan sensitivitas dan spesivisitas yang cukup tinggi sehingga sering digunakan untuk deteksi COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gejala batuk, pilek, dan demam dengan hasil reaktif pada pemeriksaan rapid test antigen COVID-19.
Metode Penelitian ini menggunakan design cross-sectional menggunakan data rekam medis. Variabel yang dinilai berupa batuk, pilek, demam, dan hasil pemeriksaan rapid test antigen COVID-19. Analisis data menggunakan uji statistik chi-square dan regresi logistik dengan tingkat kemaknaan p<0.05.
HasilKarakteristik subjek dominan berusia 31-45 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Subjek bergejala batuk (88.2%), demam (80%), dan pilek (60%%). Hasil pemeriksaan rapid test antigen COVID-19 ditemukan lebih banyak yang reaktif (80%). Distribusi hasil reaktif rapid test antigen COVID-19 adalah 86.7% pada batuk, 92.2% pada pilek, dan 91.2% pada demam. Terdapat hubungan bermakna antara batuk (p=0,000), pilek (p=0,001), dan demam (p=0,000) dengan hasil reaktif pemeriksaan rapid testantigen COVID-19. Pasien dengan gejala pilek memiliki risiko 8.67 kali lebih besar terjadinya reaktif pemeriksaan rapid test antigen COVID-19.
KesimpulanTerdapat hubungan antara gejala batuk, pilek, dan demam dengan hasil reaktif pada pasien berusia 17 tahun ke atas. Keluhan pilek memiliki risiko lebih tinggi terjadinya hasil reaktif pada pemeriksaan rapid test antigen COVID-19 dibandingkan batuk dan demam. Oleh karena itu pasien dengan keluhan pilek perlu lebih mewaspadai kemungkinan terinfeksi COVID-19.