Penatagunaan Ruang Kota Dalam Upaya Penyesuaian Pembangunan Berkelanjutan Terhadap Peningkatan Arus Urbanisasi Kabupaten Pasuruan

Abstract

Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu daerah di Jawa Timur. Kabupaten Pasuruan merupakan daerah yang memiliki tingkat upah minimum kabupaten/kota tertinggi ke-4 di Jawa Timur. Banyak industri yang beroperasi di kabupaten Pasuruan dengan upah minimum kabupaten/kota yang juga tinggi. Potensi yang dimiliki kabupaten Pasuruan dan ketersediaan lapangan pekerjaan di kabupaten Pasuruan yang juga sangat banyak. Karena sesuai dengan tujuan pembangunan kabupaten pasuruan yaitu menjadi wilayah yang yang berkembang dalam sektor industri, pariwisata, dan pertanian yang memiliki keselarasan dengan pembangunan daerah secara berkelanjutan. Dengan begitu, kabupaten pasuruan harus memiliki strategi dalam pembangunan kota berkelanjutan agar sesuai manfaatnya dengan tata ruang kotanya seperti penggunaan lahannya. Penelitian ini menggunakan model penelitian jenis kualitatif deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui beberapa strategi dalam mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kabupaten Pasuruan mengalami peningkatan arus urbanisasi, dan mengetahui strategi pembangunan berkelanjutan yang sesuai dengan tata ruang kabupaten Pasuruan dalam meningkatkan perekonomian ataupun lingkungan ketika terjadi kepadatan ruang karena adanya urbanisasi.

Penataan ruang kota Jakarta pusat berbasis kualitas air tanah untuk perkotaan berkelanjutan

“…Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan menyiratkan kemajuan dalam kesejahteraan manusia di masa kini dan masa yang akan datang (Ikegbu & Enyimba, 2020). Strategi yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan adalah dengan melakukan pembangunan yang mempertimbangkan karakteristik wilayah yang mencakup sudut pandang lingkungan, kemerataan pembangunan dan ekonomi (Wijayanti, 2022).…”

Menjelajahi Hubungan Agribisnis dan Keberlanjutan: Studi Bibliometrik mengenai Strategi Bisnis untuk Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

“…Strategi bisnis yang mempertimbangkan aspek-aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial dalam konteks pertanian berkelanjutan juga belum sepenuhnya terintegrasi dengan baik dalam praktik-praktik agribisnis saat ini (Firmansyah et al, 2023). Selain itu, adanya perubahan iklim yang semakin nyata dan kompleksitas pasar global juga menjadi hambatan dalam mencapai tujuan pembangunan pertanian berkelanjutan (Wijayanti, 2021).…”