Drama Korea, musik K-Pop, serta tren-tren busana nyentrik ala Bintang Korea atau dikenal sebagai Korean Wave kini tengah masif digemari oleh kalangan Gen-Z. Berbagai ragam bahasa pun digunakan ketika berinteraksi satu sama lain. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari peran era digital yang menjadi ceruk untuk masuk dan keluarnya berbagai hal termasuk kebudayaan hingga jika tidak terjadi filtrasi akan menimbulkan banyak potensi konflik, baik secara penyimpangan norma maupun krisis identitas nasional. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan populasi dan sampling berdasarkan rumus Slovin sebanyak 261 responden. Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket dengan skor skala Likert yang telah diuji validitasnya dengan uji v Aiken yang menunjukkan hasil valid dan reliabel berdasarkan uji alpha cronbach. Hipotesis penelitian terdiri H0 (Korean Wave tidak berpengaruh terhadap identitas nasional) dan Ha (Korean Wave berpengaruh terhadap identitas nasional). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Korean Wave tidak memengaruhi identitas nasional seseorang secara signifikan, akan tetapi keduanya memiliki hubungan korelasi yang positif sebesar 0,6% yang berarti ada 99,4% faktor lainnya yang akan mempengaruhi identitas nasional seseorang yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Meskipun tingkat minatnya terhadap Korean Wave tinggi tetapi tidak melunturkan identitas nasional pada individu dalam subjek penelitian ini.