Pengaruh Financial Literacy, Materialism, Risk Perception, dan Money Value terhadap Propensity to Indebtedness

Abstract

Saat ini Indonesia memasuki masa bonus demografi. 25,87% dari total penduduk Indonesia merupakan generasi milenial yang lahir diantara 1981 – 1996. Milenial dikenal sebagai generasi yang lahir di masa pertumbuhan era digital sehingga dapat dan mampu menggunakan teknologi. Kemampuannya untuk menggunakan teknologi, karakter hedonis dan konsumtif pada generasi milenial, terutama mereka yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta memicu para generasi milenial untuk memilih jalan pintas seperti berhutang demi memiliki kehidupan yang mewah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh financial literacy, materialism, risk perception, dan money value terhadap propensity to indebtedness terutama generasi milenial yang berdomisili di kota Jakarta. Pada penelitian ini terdapat 200 orang responden dari generasi milenial dan berdomisili di kota Jakarta yang berhasil dikumpulkan melalui kuesioner dengan teknik pengumpulan sampel purposive sampling. Data yang telah berhasil dikumpulkan kemudian diolah dengan metode analisis data PLS-SEM. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan terdapat pengaruh negatif financial literacy terhadap propensity to indebtedness, terdapat pengaruh positif materialism terhadap propensity to indebtedness, dan terdapat pengaruh negatif risk perception terhadap propensity to indebtedness. Namun, tidak terdapat pengaruh money value terhadap propensity to indebtedness. Currently, Indonesia is entering a period of demographic bonus. 25.87% of the total population in Indonesia is the millennial generation who was born between 1981 – 1996. Millennials are known as the generation born in the era of digital growth so they can and are able to use technology. Their ability to use technology, hedonistic and consumptive character the millennial generation, especially those who live in big city like Jakarta trigger millennials to choose shortcuts such as to be in debt in order to have a luxurious life. This study aims to determine the effect of financial literacy, materialism, risk perception, and money value on propensity to indebtedness the millennial generation who live in Jakarta. In this study, there were 200 respondents from the millennial generation and domiciled in the city of Jakarta who were successfully collected through a questionnaire with purposive sampling technique. The data that has been successfully collected is then processed using the PLS-SEM method. The hypothesis test results show that there is a negative effect of financial literacy on the propensity to indebtedness, there is a positive effect of materialism on propensity to indebtedness, and there is a negative effect of risk perception on propensity to indebtedness. However, there is no effect of the value of money on propensity to indebtedness.

Financial Literacy, Risk Perception, Materialism and Propensity to Indebtedness

“…Thus, the individual will have a low level of propensity to indebtedness. The results of this research are in accordance with the results of research conducted by Flores and Vieira (2014), Doosti and Karampour (2017), Flores and Bidarte (2019) and Mitta and Pamungkas (2022).…”

“…Doosti and Karampour (2017) explained that risk perception as a subjective assessment of the characteristics and severity of risk. Mitta and Pamungkas (2022) show that risk perception has a negative effect on propensity to indebtedness. Individuals with high risk perception tend to be more careful and therefore have lower propensity to indebtedness behaviour.…”

Pengaruh Financial Literacy Dan Compulsive Buying Terhadap Propensity to Indebtedness

“…2021), Prashella & Leon, (2020). Mitta & Pamungkas, (2022), menjelaskan bahwa financial literacy yang matang, diantisipasi akan membantu menghindarkan timbulnya masalah finansial di masa mendatang. Generasi Z diharapkan mampu memiliki kemampuan untuk mengelola keuangan pribadi mereka dengan bijak, sehingga mereka dapat mengurangi kecenderungan untuk berutang hanya untuk memuaskan keinginan pribadi, untuk menggapai hal tersebut seseorang perlu diberikan pengetahuan keuangan yang memadai Sebaliknya, rendahnya pemahaman literasi keuangan yang dimiliki akan berdampak pada pengambilan keputusan yang menjadikan individu mudah tergoda berbagai penawaran produk keuangan, ketidakmampuan dalam memilah antara investasi menguntungkan dan investasi beresiko merugikan, dan kemungkinan besar akan mengalami kesulitan finansial seperti terlibat utang dan gagal membayar utang (Potrich & Vieira, 2018).…”