Pengaruh Komponen Neraca Air Terhadap Produktivitas Kelapa Sawit pada Berbagai Jenis Tanah:: Studi Kasus Kalimantan Tengah dan Barat

Abstract

Perbedaan jenis tanah dan letak geografis kebun kelapa sawit menyebabkan variasi sifat fisik tanah (terutama tekstur dan porositasnya). Perbedaan letak geografis juga menyebabkan variasi jumlah curah hujan yang mempengaruhi neraca air lahan. Respons fluktuasi produksi kelapa sawit yang berbeda akibat variasi jenis tanah dan neraca air lahan dapat dikaji dengan analisis hubungan neraca air lahan dan produktivitas kelapa sawit antar jenis tanah dan antar wilayah. Pada penelitian ini, analisis neraca air lahan dilakukan pada tiga lokasi area perkebunan kelapa sawit PT Bumitama Gunajaya Agro yang berada di provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, menggunakan metode Thornthwaite-Mather. Analisis hubungan komponen neraca air dengan produksi TBS kelapa sawit dihitung berdasarkan data bulanan selama 8 tahun (2012 – 2019) menggunakan time series analysis dan untuk mencari model regresi terbaik digunakan stepwise regression. Komponen neraca air yang paling mempengaruhi produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit (ton/ha/bulan) adalah curah hujan 7 bulan sebelum panen, hari hujan 11 dan 28 bulan sebelum panen, dan defisit air 10 bulan sebelum panen. Penurunan produksi TBS (ton/ha/bulan) terjadi setiap ada kenaikan defisit air senilai 10 mm/bulan pada tanah Dystrudept, Paleudults dan Haplohumods di Area 3 berturut-turut adalah 11, 2, dan 3%. Pada Area 5 penurunannya adalah 12, 4, dan 5%. Pada Area 6 penurunannya adalah 5, 18 dan 3%.

Study of Arbuscular Mycorrhizal Fungi population in the rhizosphere of oil palm planted on 4 different soil types in Central Kalimantan Indonesia

“…Paleudults soils are characterized by low soil fertility, low pH, and low organic C. However, at PT BGA, chemical fertilizers are used to increase soil fertility. With a higher clay content (belongs to the clayey loam soil texture) [10] than other soils, Paleudults soil has a higher CEC than other soil types in this study. Higher CEC, available P, and higher total P (Table 1) were thought to support the growth of oil palm plants, including root growth.…”

“…In Central Kalimantan, the oil palms are planted in various soil types, such as Dystrudepts, Paleudults, Plinthudults, Haplohemists, Haplohumods, Quartzpsamments, Sulfaquepsts, and Haplosaprist. Different soil types also have different abiotic characteristics [10] that can affect the population and diversity of AMF in the soil. Therefore, the aim of this study was to evaluate the population of AMF spore in 4 different soil types i.e., Dystrudepts, Paleudults, Haplohumods, and Haplosaprists.…”

Effect of water deficit of Ultisols, Entisols, Spodosols, and Histosols on oil palm productivity in Central Kalimantan

“…A valid method for calculating water balance can provide information on water availability and accurate production predictions. The previous study did not consider the value of available water content (AWC) and critical deficit of each soil type in calculating water balance in oil palm plantations (Afandi et al, 2022;Ardiyanto et al, 2021;Darlan et al, 2016;Evizal et al, 2021;Kaeng et al, 2017;Monzon et al, 2022). Most of the AWC values used are the same, which refers to Ultisols, even though the area has different soil types.…”

“…A water deficit of more than 400 mm/year can reduce the potential yield of crop productivity by one-third, but it also depends on several factors, such as temperature, wind speed, soil texture, and soil depth (Woittiez et al, 2017). Ardiyanto et al (2021) examined the effect of an increase in water deficit of 10 mm per month in 10 months before harvest (MBH) in Dystrudept, Paleudults, and Haplohumods on monthly FFB production. They found a reduction in a range of 2 -12%.…”

Pengukuran Kesenjangan Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada Kelas Kesesuaian Lahan S2 di Divisi II Kebun Matapao PT. Socfindo

“…Rata-rata curah hujan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 Divisi II Kebun Matapao adalah 1.406,2 mm per tahun. Jika disesuaikan dengan kriteria karakteristik tanah mineral [7] untuk tanaman kelapa sawit maka curah hujan tersebut termasuk dalam intensitas pembatas sedang [8]. Untuk data iklim lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.…”