Pendahuluan: World Health Organization (WHO) menetapkan bunuh diri sebagai fenomena global di seluruh wilayah di dunia penyebab kematian terbanyak kedua di tahun 2016 dengan rentang usia 15-26 tahun. Banyaknya perubahan yang terjadi pada masa remaja, seperti fisik, hormonal, sosial, dan psikososial, sering kali memicu ketidakstabilan emosi pada remaja yang berujung pada timbulnya ide bunuh diri. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kemampuan agar remaja dapat beradaptasi dengan baik, salah satunya dengan meningkatkan resiliensi
Tujuan: Tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui hubungan tingkat resiliensi dengan ide bunuh diri pada remaja.
Desain: Penelitian ini melibatkan 231 responden berusia 15 sampai 17 tahun yang akan diminta untuk mengisi data demografi, Connor Davidson Resilience Scale (CD-RISC), dan Suicidal Ideation Questionnaire (SIQ).
Hasil: Hasil penelitian menemukan adanya hubungan antara tingkat resiliensi dengan ide bunuh diri. Terdapat temuan menarik, ide bunuh diri juga ditemukan pada remaja dengan orang tua tidak bercerai dan tingkat resiliensi sedang.
Kesimpulan: Meningkatkan resiliensi dapat menjadi salah satu upaya penting untuk mencegah dan mengurangi ide bunuh diri pada remaja.