Dalam upaya meningkatkan produktifitas, tanaman jagung sangat berpotensi untuk dikembangkan dalam pola tanam tumpangsari. Selain untuk meningkatkan produksi, pola tumpangsari dipertimbangkan sebagai metode budidaya yang ramah lingkungan dan umum dipraktekkan oleh masyarakat petani di Papua. Pengujian tumpangsari jagung dengan tanaman sela dari beberapa jenis tanaman semusim lainnya masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji respon pertumbuhan dan hasil jagung yang ditumpangsari dengan jenis-jenis tanaman semusim lainnya. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan dan Laboratorium Agroklimat Fakultas Pertanian Universitas Papua pada tahun 2018. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari kombinasi tumpangsari jagung dengan beberapa jenis tanaman lainnya, yaitu : Monokultur jagung (kontrol), tumpangsai jagung+bayam, jagung+keladi, jagung+buncis, jagung+ubijalar, jagung+kacang tanah, jagung+bawang merah, dan jagung+kangkung. Variabel pengamatan terdiri dari tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, berat brangkasan tanaman, panjang, diameter dan berat tongkol. Data dianalisis menggunakan analisis ragam dengan taraf kepercayaan 95 %, dan apabila hasilnya berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) α = 5%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistim budidaya tunggal jagung menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang tertinggi, namun pada komponen hasil menunjukkan rata-rata bobot tongkol per tanaman terendah. Pada komponen hasil (rata-rata panjang tongkol, diameter tongkol dan berat tongkol per tanaman) menunjukkan tumpangsari jagung+kangkung menghasilkan berat tongkol jagung per tanaman tertinggi, diikuti oleh jagung+ubijalar, jagung+bayam dan jagung+bawang merah dan jagung+kacang tanah, walaupun secara statistic tidak berbeda nyata.