Pasir zirkon memiliki kandungan zirkonium berkisar antara 30-50% berat di beberapa lokasi penambangan emas yang berada di Kalimantan Barat. Analisis XRF memperlihatkan persen berat unsur dalam pasir hitam non magnetik (PHNM) dari pasir zirkon yang berasal dari Kecamatan Monterado, Kabupaten Bengkayang adalah 48,05% Zr; 3,35% Si serta unsur lain seperti 20% Ti, 18,95% Fe dan 1,62% Hf. Peningkatan kadar zirkon dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu metode fusi alkali dengan perbandingan massa PHNM terhadap massa NaOH yaitu 10 gram : 5 gram (2:1) pada variasi temperatur 700 °C dan 800 °C selama 2 jam, kemudian tahap pelindian menggunakan HCl 2% diikuti oleh pelindian lanjut dalam HCl 37%. Perbedaan temperatur dalam reaksi fusi alkali menghasilkan perbedaan komposisi Zr, dimana pada temperatur 700 °C adalah 88,45% sedangkan pada temperatur 800 °C adalah 90,11% dengan rasio Zr/Si masing-masing adalah 5,33 dan 4,85. Temperatur reaksi fusi alkali pada 800 °C memperlihatkan komponen Zr lebih tinggi dengan rasio Zr/Si yang mendekati ZrSiO4 yaitu 3,25. Analisis jenis mineral menggunakan XRD padat memperlihatkan keberadaan mineral ZrSiO4 dengan struktur kristal tetragonal, memiliki puncak utama pada 2θ adalah 20,04°-20,10°, 26,94°-26,98°, dan 53,48°-53,49°. Ukuran kristal ZrSiO4 berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan Debye Scherrer berada dalam kisaran 120,78 nm (2θ = 20,10°), 122,30 nm (2θ = 26,98°), dan 133,17 nm (2θ = 53,48°). Rendemen perlakuan PHNM dengan rangkaian proses reaksi fusi alkali, reaksi basa dan pelindian menggunakan HCl adalah berkisar 33% dengan kadar zirkon silikat dalam produk akhir meningkat dari 46,2% menjadi 90,11%.