Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kearifan Lokal Budaya Samin Guna Menyukseskan Gerakan Literasi

Abstract

Penelitian yang telah dilakukan ini, berfokus pada pengembangan bahan ajar yang berbasis kearifan lokal budaya Samin yang berasal dari Blora. Tujuan dari penelitian yaitu mengembangkan bahan ajar , serta mengetahui bahwa produk yang dikembangkan mampu menyukseskan Gerakan Literasi Sekolah. Penelitian Research and Development dilaksanakan di SDN Sambongwangan 01 dan SDN Sambongwangan 02. Hasil penelitian ini adalah: (1) penyusunan pengembangan bahan ajar ini menggunakan 10 tahapan Borg and Gall (potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian, revisi produk, dan produksi massal);(2) Kevalidan dari produk bahan ajar yang dikembangkan telah divalidasi oleh 2 validator yaitu ahli bahasa dan ahli media dan mendapatkan skor rata-rata 0,74 dengan kategori "Tinggi" sehingga dinyatakan valid; (3) Keberhasilan bahan ajar yang kembangkan dalam menyukseskan Gerakan Literasi berdasakan indikator pada panduan GLS. Produk bahan ajar dinyatakan mampu menyukseskan Gerakan Literasi berdasarkan hasil respon guru dan siswa dalam skala kecil dan skala besar menghasilkan skor presentase rata-rata 81,04% dengan kategori "Sangat Praktis" dalam artian praktis digunakan untuk menyukseskan Gerakan Literasi.

Development of Language Literacy Based on Local Culture of Pakpak as Support of Implementation of Problem-Based Learning Model in SMA Negeri 1 Sidikalang

“…Primasari et al (2021) conducted a similar study with the research title "Development of Teaching Materials Based on Local Wisdom of Samin Culture to Succeed the Literacy Movement" [15]. The teaching materials developed in the success of the Literacy Movement refer to the GLS guiding indicators.…”

“…Reading is one activity that can develop a student's literacy. As is well known, the Ministry of Education and Culture has made the School Literacy Movement an activity carried out with the aim of increasing students' language literacy [15]. This is motivated by various studies which show that literacy among the public, especially students, is still low.…”

“…),[10]Farnita et al (2021),[6]Asip et al (2021),[15]Primasari et al (2021),[1]Aisyah et al (2017) and [9]Dewi et al (2021). Likewise with the Problem Based Learning model, various studies have proven that by applying this model students can be more active in expressing their own ideas, actively discussing and being critical in pouring ideas into written form.…”

Pengembangan Modul Literasi Bahasa Inggris Berbasis Kearifan Lokal untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama

“…Bahan ajar digunakan untuk menunjang proses pembelajaran sehingga siswa dapat lebih memahami materi yang diberikan oleh guru (Andi, 2015). Sehingga disimpulkan bahwa dalam kegiatan proaes belajar mengajar membutuhkan sumber belajar misalnya bahan ajar berupa buku atau modul ajar, Hamdani (Primasari et al, 2021) mengemukakan bahwa "Bahan ajar merupakan segala bentuk atau materi yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar". (Prastowo, 2014) "Bahan ajar secara umum pada dasarnya merupakan segala bahan (baik itu informasi, alat maupun teks) yang disusun secara sistematis yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran".…”

The Effectiveness of Digital Storytelling-Based Hand Puppet Media for Elementary School Students

“…Hal ini disebabkan karena menurut (Jenike & Mukhlis, 2023) peserta didik kurang ekspresif, cenderung malu pada mengungkapkan isi cerita yang ingin disampaikan, bahwa pembelajaran keterampilan berbahasa di kelas hanya menekankan pada teori dan tidak menuntut peserta didik untuk mampu menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Menurut (Setiawan, 2021) dan (Ma'arif et al, 2023) masih banyak pendidik yang kurang variatif dalam menggunakan metode dalam penyampaian materi, dan (Primasari et al, 2021) berpendapat bahwa masih banyak pendidik yang mengajar hanya dengan buku konvensional, belum mengembangkan bahan ajar. Menurut (Setiawati et al, 2023) Abad ke-21, teknologi dan informasi mempengaruhi setiap aspek kehidupan, (Jenike & Mukhlis, 2023) Indonesia secara perlahan mulai menerapkan pembelajaran abad 21 pada ranah pendidikan.…”