Pengembangan Religious Culture melalui Manajemen Pembiasaan Diri Berbasis Multikultural

Abstract

Religious Culture is an important religious culture that belongs to every human being, especially students. Because students are very vulnerable to the name of religious differences. Especially in a public school that has students with a variety of religions. This difference is sometimes a problem between religious groups. This study discusses the Development of Religious Culture in Junior High School 2 Tomohon. To further narrow the research, the researchers used the research process through Self-habituation Management conducted by the school. This study used a descriptive qualitative approach with locations in Junior High School 2 Tomohon. The research subjects were Religious Teachers, while the research Informants were Principals, Religion Teachers, and 7th and 9th Grade Students. The research method used was carried out through interviews, observation, and documentation. While the data validity technique uses triangulation methods and sources. The results of this study conclude that planning a religious culture development based on self-habituation management that comes from management functions namely Planning, Organizing, Actuating, Controling. Self-habituation management is to change the behavior of students who are carried out continuously so that they can be changed according to expectations. To implement Religious Culture at Junior Hugh School 2 Tomohon must have a definite goal so that its implementation runs effectively. The application carried out in schools is by small things such as greeting one another, no mockery of mockery, mutual respect, and mutual assistance. Thus, this application does not create a burden to students in Junior High School 2 Tomohon.

Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam berbasis Life Skills di Sekolah Luar Biasa (SLB) Aneuk Nanggroe Kota Lhokseumawe

“…Pendidikan life skills merupakan pola dari individu dalam menggali potensi dirinya dan kecakapan hidupnya dalam lingkungan pendidikan maupun dalam masyarakat, menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam pada peserta didik sejak dini masih sangat perlu diterapkan pada Sekolah Luar Biasa (SLB), hal ini dapat membantu perkembangan sosial emosional agar memiliki keberanian dan kemauan menghadapi masalah kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya (Tola et al, 2020).…”

Peran Pelajar Islam Indonesia Dalam Membentuk Karakter Religius Remaja di Kota Bitung

“…Sedangkan menurut terminologi adalah kejiwaan, budi pekerti, atau akhlak yang menjadi ciri khas bagi sekelompok orang. Karakter merupakan nilai-nilai yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam sebuah pikiran, sikap, tata krama, hukum, budaya dan adat Istiadat (Tola et al, 2020). Karakter merupakan sebuah nilai-nilai atau kekuatan moral pada seseorang atau kelompok, dan juga memberikan suatu pengetahuan sebagai watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari sebuah hasil internalisasi nilai-nilai kebajikan yang dapat menjadi suatu keyakinan dan bisa digunakan sebagai landasan cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak (Mahbubi, 2012).…”

Pengembangan Materi Ismuba (al-Islam) pada Kurikulum 13 Di SD Muhammadiyah 8 KH. Mas Mansur Kota Malang

“…Fungsi lembaga pendidikan terhadap pembelajaran pendidikan agama islam dan budi pekerti adalah untuk memberikan pengajaran yaitu memberikan pengerahuan agama secara umum, sebisa mungkin pengetahuan diberikan secara mendalam dan komprehenship agar dapat mengamalkan dengan baik dan benar (Tola et al, 2020). Pada materi al-Qur'an misalnya, dengan pembahasan tatacara menulis pada bagian tertentu, dan pada pembahasan ilmu tajwid yang hanya mengangkat hukum bacaan tertentu, membutuhkan materi penunjang untuk dapat mewujudkan ilmu yang utuh pada peserta didik.…”