Penggunaan Alat Tangkap Ramah Lingkungan Bagi Nelayan Desa Bagan Asahan

Abstract

Diwilayah pesisir banyak masyarakat yang berprofesi menjadi nelayan untuk memenuhi keperluan hidupnya. Akan tetapi kurang bijaknya beberapa nelayan di wilayah pesisir dalam melakukan penangkapan sehingga menimbulkan beberapa permasalah di bidang perikanan dan kelautan. Dan sekian banyak permasalahan di dalam perikanan yang sering terjadi salah satu nya adalah kerusakan ekosistem yang disebabkan oleh para nelayan yang menangkap dengan alat tangkap ilegal seperti dengan pukat harimau ataupun bahan peledak sehingga dapat merusak ekosistem dari laut. Walaupun tidak semua nelayan menangkap ikan dengan ilegal ada juga nelayan yang masih menggunakan penangkapan ikan dengan metode tradisional misalnya jaring. Selain itu juga sering terjadi pembuangan sampah dan limbah berbahaya ke laut oleh beberapa oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab sehingga air laut akan tercemar, maka dari itu permasalahan kerusakan ekosistem laut adalah masalah yang harus diberi perhatian khusus bagi masyarakat dan juga pemerintah mengingat bahwa laut merupakan sumber daya kehidupan yang banyak digunakan serta bermanfaat bagi manusia. Dan Indonesia merupakan poros maritim didunia sehingga menjadi tanggung jawab yang besar untuk pelestarian laut di Indonesia.

Analysis of the level of environmental friendliness of fishing gear gill nets in Java Sea waters, Bangkalan Regency, East Java, Indonesia

“…Processing of fishing gear environmental friendliness data from the data obtained, then calculated by the following formula (Sima, A.M. Yunasfi, Harahap, 2015) [15] : The score obtained is then analyzed based on the weighting of the level of environmental friendliness which is divided into 4 (four) score criteria (FAO, 1995) [6] , as follows: By-catch how many species there are and do not sell well in the market. 1 By-catch how many species there are and there are types that sell well in the market 2 By-catch less than three species and sell well in the market.…”

“…However, Bhutan has witnessed a rapid decline in mandarin production in recent years, which the government ascribes to infestations of citrus greening, phytophthora rot, citrus fruit fly, and powdery mildew. Piao et al (2010) [15] , claimed that climate change is widely regarded as the greatest threat to the world of the twenty-first century. Moreover, Salinger (2005) [17] states that Fish resources must be managed and utilized responsibly, namely by taking into account the sustainability of fish resources and the environment, so that fish resources can be used as sustainable development resources.…”

Tingkat Kesesuaian Daerah Penangkapan Ikan Purse Seine Di PPN Sibolga Terhadap Regulasi Pengelolaan Perikanan

“…(a) 1 sampai dengan 6 DPI sangat tidak potensial; (b) 7 sampai dengan 12 DPI tidak potensial; (c) 13 sampai dengan 18 DPI potensial; (d) 19 sampai dengan 24 DPI sangat potensial; (e) 25 sampai dengan 30 DPI sangat potensial sekali;Analisis status daerah penangkapan ikan potensial dilakukan dengan membagi antara jumlah total bobot nilai dengan total responden. Berikut rumus ketetapan yang dimaksud(Sima et al 2014): total bobot nilai N = total responden Tabel 3. Kesesuaian jalur dan daerah penangkapan ikan purse seine di PPN Sibolga terhadap…”