Stunting adalah tantangan gizi yang persisten di Indonesia, memengaruhi anak balita berusia 12-36 bulan dengan prevalensi berkisar antara 38,3% hingga 41,5%. Diagnosa mengandalkan indikator TB/U mengikuti standar WHO-MGRS tahun 2005, menggunakan nilai z-score <-3SD sebagai batasan. Stunting yang terjadi selama fase perkembangan otak kritis (0-3 tahun) dapat menyebabkan kapasitas intelektual dan produktivitas yang berkurang. Dalam konteks khusus Desa Bangkiling Raya, Kecamatan Banua Lawas, Kabupaten Tabalong, penelitian ini menyelidiki interaksi antara akses air bersih, sanitasi lingkungan, kebiasaan diet ibu, dan stunting pada anak di bawah lima tahun. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, data primer dan sekunder dianalisis melalui berbagai analisis, termasuk ketersediaan bahan makanan pokok dan penilaian chi-square. Temuan penelitian menegaskan adanya hubungan yang signifikan antara pola diet ibu dan stunting pada anak di bawah lima tahun di Desa Bangkiling Raya. Namun, meskipun terdapat kaitan yang terlihat antara stunting dan ketersediaan makanan, penelitian tidak mengidentifikasi adanya hubungan yang signifikan antara stunting dan sanitasi lingkungan, meskipun 91,9% responden melaporkan ketersediaan makanan rendah, sementara sebagian kecil (8,1%) memiliki akses ke ketersediaan makanan yang lebih tinggi.